LISBON, KOMPAS.com – Seorang bocah laki-laki asal Jerman berusia tiga tahun selamat dari insiden kereta gantung anjlok di Lisbon, Portugal, yang menewaskan 16 orang pada Rabu (3/9/2025).
Anak tersebut berhasil dievakuasi dari kereta, sedangkan sang ibu termasuk dalam lebih dari 20 orang yang mengalami luka-luka.
Polisi Portugal menyebut korban tewas berasal dari sejumlah negara, antara lain Portugal, Korea Selatan, Swiss, Kanada, Perancis, Inggris, Ukraina, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Detik-detik Kereta Berusia 140 Tahun Anjlok di Portugal, 15 Tewas
Seorang warga negara Jerman yang sempat dilaporkan meninggal ternyata masih hidup dan kini menjalani perawatan di Rumah Sakit São José.
“Sangat, sangat menyedihkan,” kata seorang warga kepada BBC.
Sejumlah orang terlihat berdiam diri, mengambil foto, atau hanya memandang puing kereta gantung yang ringsek setelah anjlok dan menabrak sebuah bangunan.
Dua turis asal Singapura bahkan mengaku batal naik kereta gantung tersebut di menit-menit terakhir.
“Menakutkan... Siapa tahu, mungkin kami yang naik,” kata salah satu turis. “Ini mengubah perspektif hidup. Kita tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi.”
Pemandu wisata Mariana Figueiredo menjadi salah satu saksi langsung kecelakaan itu. Ia mengaku trauma dengan apa yang ia lihat.
“Dalam lima detik saya sudah sampai. Orang-orang mulai melompat dari jendela kereta gantung di kaki bukit. Lalu saya melihat kereta gantung lain di atas yang sudah hancur,” ujarnya.
Ia menambahkan, saat bersama warga lain mencoba membuka atap kereta gantung, mereka menemukan sejumlah jenazah di dalamnya.
“Saya melihat anak-anak diselamatkan. Banyak orang menangis di sekitar saya, mereka sangat ketakutan. Saya mencoba menenangkan mereka,” kata Mariana.
Seorang pria yang berada di kereta kabel lain di kaki bukit mengaku nyaris kehilangan nyawanya.
“Berapa pun umur saya, saya tidak akan pernah naik kereta kabel lagi,” ujarnya.
Baca juga: Kereta Lapis Baja Korut Bagai Benteng Berjalan Antar Kim Jong Un ke China
Serikat pekerja transportasi Portugal menyebut penjaga rem kereta kabel, Andre Jorge Gonçalves Marques, juga meninggal dalam insiden ini.
Sementara itu, lembaga amal Santa Casa da Misericordia mengonfirmasi empat pegawainya tewas.
Kamis malam, para pejabat tinggi Portugal menghadiri kebaktian di Gereja St. Dominikus untuk menghormati para korban.
Di luar gereja, warga menyerukan penyelidikan menyeluruh. “Kami ingin orang-orang tahu bahwa mereka aman di sini,” ujar seorang perempuan.
“Jalur Gloria akan dibuka kembali di masa mendatang dengan gerbong baru,” kata Direktur Carris, Pedro Gonçalo de Brito Aleixo Bogas.
Ia menyebut, biaya perawatan kereta gantung yang sudah beroperasi sejak 2007 meningkat lebih dari dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil investigasi akan diumumkan segera, meski belum dipastikan waktunya.
Kereta gantung atau funicular merupakan sarana penting untuk menjelajahi jalanan curam Lisbon.
Jalur Gloria, Lavra, Bica, dan Graça menjadi ikon wisata karena gerbong berwarna kuningnya kerap melintas di jalan berbatu sempit.
Gloria sendiri dibuka pada 1885 dan dialiri listrik pada 1915. Jalurnya membentang sekitar 275 meter dari Alun-alun Restauradores menuju kawasan Bairro Alto, dengan perjalanan hanya tiga menit.
Pada sistem ini, kedua gerbong saling terhubung oleh kabel. Saat satu gerbong menuruni bukit, bobotnya membantu mengangkat gerbong lain di sisi sebaliknya.
Gerbong kedua yang masih utuh ditemukan hanya beberapa meter dari reruntuhan di kaki bukit, menyisakan pemandangan memilukan bagi warga Lisbon.
Baca juga: Kucingnya Berisik di Kereta, Wanita Perancis Didenda Rp 2 Juta
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini