GAZA, KOMPAS.com - Setelah dua tahun dilanda konflik dan pengungsian, anak-anak di Jalur Gaza mulai kembali ke bangku sekolah.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengumumkan, proses pembelajaran secara bertahap dimulai kembali setelah gencatan senjata Israel-Hamas.
Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, pada Selasa (28/10/2025) mengatakan bahwa lebih dari 25.000 siswa bersekolah di ruang belajar sementara yang dikelola UNRWA, sedangkan sekitar 300.000 siswa lainnya akan mengikuti pembelajaran secara daring.
Baca juga: Nasib Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza
Di Sekolah Al Hassaina, wilayah barat Nuseirat, Jalur Gaza tengah, kegiatan belajar mengajar kembali berlangsung pada Sabtu (1/11/2025). Namun, prosesnya masih terkendala keterbatasan ruang kelas dan fasilitas.
“Saya sekarang kelas enam, tetapi saya kehilangan dua tahun sekolah karena pengungsian dan perang,” kata Warda Radwan, siswi berusia 11 tahun, kepada AFP.
Sekolah Al Hassaina sebelumnya digunakan sebagai tempat pengungsian selama perang dua tahun terakhir.
Seperti banyak fasilitas UNRWA lainnya, gedung sekolah ini menjadi rumah sementara bagi puluhan keluarga.
Sisa-sisa kehadiran mereka masih tampak, di antaranya jemuran yang membentang di sepanjang tiga lantai bangunan.
Radwan menjelaskan, kelas-kelas dimulai kembali secara perlahan seiring keluarnya para pengungsi dari gedung sekolah.
"Kemudian saya dan teman-teman bisa belajar seperti dulu lagi," ujarnya.
Baca juga: PM Israel Perintahkan Serangan Baru ke Gaza Usai Tuding Hamas Langgar Gencatan Senjata
Personel pasukan keamanan internal yang mengabdi ke kelompok Hamas saat berpatroli di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah, 12 Oktober 2025.Mereka melakukan peregangan ringan bersama guru sembari meneriakkan slogan, “Hidup Palestina!”
Meski demikian, proses belajar mengajar masih jauh dari kondisi ideal. Di dalam ruang kelas, sekitar 50 anak perempuan duduk berhimpitan di lantai. Tidak ada meja atau kursi.
Mereka menyalin pelajaran dari papan tulis dengan penuh semangat, menanggapi pertanyaan guru dengan antusias.
Kelas lain yang menampung siswi remaja pun menghadapi situasi serupa. Semua duduk bersila di lantai, menggunakan pangkuan mereka sebagai alas menulis.
Jenin Abu Jarad, kerabat salah satu siswi, menyambut baik dimulainya kembali kegiatan belajar-mengajar.
Ia mengatakan, “Sejak 7 Oktober (2023), anak-anak kami tidak bisa sekolah.”
“Selama masa itu, yang bisa mereka lakukan hanyalah mengambil air, membeli makanan, atau bermain di jalan. Tapi alhamdulillah, sekitar seminggu hingga sepuluh hari terakhir, sekolah mulai dibuka kembali perlahan,” tambahnya.
UNRWA kini berupaya keras memulihkan hak pendidikan anak-anak di Gaza meski sarana dan prasarana belum sepenuhnya pulih.
Baca juga: Gaza Terkubur 61 Juta Ton Puing, Ancaman Limbah Beracun Intai Warga
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang