Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Kanak-kanak Terenggut: Ini Realitas Pahit Kekerasan terhadap Anak

Kompas.com - 24/07/2024, 21:50 WIB
Kekerasan pada anak. (PORNCHAI SODA/Getty Images)Kekerasan pada anak.
Editor Citra Narada Putri

Parapuan.co - Masa kanak-kanak seharusnya menjadi fase kehidupan yang diwarnai keceriaan dan tawa.

Namun, bagi jutaan anak di seluruh dunia, realitas justru menunjukkan hal yang berbeda.

Kekerasan terhadap anak, dalam berbagai bentuknya yang mengerikan, masih menjadi momok yang merenggut masa depan mereka.

Lebih mirisnya lagi, kekerasan tidak hanya termanifestasi dalam bentuk fisik, seksual, dan emosional, tetapi juga dalam bentuk penelantaran dan perampasan hak-hak anak.

Ironisnya, tragedi ini dapat terjadi di mana saja, bahkan di tempat yang seharusnya aman bagi anak-anak.

Ini realitas pahit kekerasan terhadap anak, seperti melansir dari PARAPUAN.

Kekerasan dan Perundungan terhadap Anak

Temuan UNICEF bagaikan tamparan keras, karena melaporkan bahwa kekerasan terhadap anak masih menjadi momok yang menghantui, merenggut hak dan masa depan anak-anak di berbagai penjuru negeri.

Data UNICEF di tahun 2020 menunjukkan bahwa kekerasan fisik, seksual, dan emosional tak pandang tempat.

Baca Juga: Bahaya Mengancam, Ini 5 Cara Mencegah Anak Jadi Korban Kekerasan Seksual

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Parapuan (@cerita_parapuan)

Rumah, sekolah, dan komunitas, yang seharusnya menjadi tempat aman, tak luput dari bayang-bayang kelam ini.

Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), tercatat pada rentang Januari hingga Juni 2024, terdapat 7.842 kasus kekerasan terhadap anak. Lebih rinci, terdapat 5.552 korban anak perempuan dan 1.930 korban anak laki-laki.

Dimana kasus kekerasan seksual menempati urutan pertama dari jumlah korban terbanyak sejak tahun 2019 sampai tahun 2024.

Survei nasional mengenai kekerasan terhadap anak, dilaksanakan pada tahun 2018 oleh Kementerian PPPA, menemukan bahwa 62 persen anak perempuan dan lelaki mengalami satu atau lebih dari satu bentuk kekerasan sepanjang hidupnya.

Survei itu juga menemukan bahwa satu dari 11 anak perempuan dan satu dari 17 anak lelaki mengalami kekerasan seksual. Serta tiga dari lima anak perempuan dan separuh dari semua anak lelaki mengalami kekerasan emosional.

Anak-anak Indonesia mengalami berbagai bentuk kekerasan di lingkungan yang seharusnya aman dan di tangan orang yang seharusnya dapat mereka percayai.

Bagaimana tidak, sejumlah besar pelaku melakukan kekerasan terhadap anak adalah anggota keluarga, pasangan intim, guru, tetangga, orang asing dan anak-anak lainnya.

Data terbaru UNICEF juga mengungkap bahwa anak Indonesia terpapar baik agresi psikologis maupun hukuman fisik di rumah.

Survei UNICEF tahun 2018 juga menemukan bahwa 41 persen dari anak 15 tahun di Indonesia mengalami perundungan di sekolah minimal beberapa kali dalam sebulan, dan melibatkan kekerasan fisik dan psikologis.

Baca Juga: Berdampak Buruk bagi Fisik dan Mental, Kenali Jenis Kekerasan pada Anak

Perundungan, baik fisik maupun psikologis, termasuk yang dilakukan melalui media sosial, adalah permasalahan yang semakin mengemuka di kalangan remaja Indonesia.

Studi Kementerian PPPA menyimpulkan bahwa 12–15 persen anak lelaki dan perempuan usia 13–17 tahun pernah mengalami kekerasan melalui media daring dalam 12 bulan terakhir.

Kekerasan terhadap anak oleh guru juga merupakan isu yang signifikan, yang mana 20 persen murid lelaki dan 75 persen murid perempuan melaporkan pernah dipukul, ditampar, atau dengan sengaja dilukai secara fisik oleh guru dalam 12 bulan terakhir.

Perdagangan Anak dan Eksploitasi Seksual

Sebuah fakta mengejutkan, ternyata Indonesia adalah salah satu sumber (serta negara tujuan dan transit) utama dalam perdagangan manusia—termasuk anak—untuk tujuan eksploitasi seksual dan tenaga kerja.

Pada tahun 2018, jumlah warga negara Indonesia yang diperdagangkan di luar negeri adalah signifikan, termasuk di Asia dan Timur Tengah. Mereka ditempatkan sebagai pekerja rumah tangga, pabrik, proyek konstruksi, dan masih banyak lagi.

Perempuan dan anak perempuan Indonesia menjadi objek perdagangan seksual utamanya di Malaysia, Timur Tengah, dan Taiwan.

Mereka juga tak luput dari perdagangan di dalam negeri—khususnya ke lokasi operasi tambang di Maluku, Papua, dan Jambi—dan anak mengalami eksploitasi seksual di wilayah pariwisata di Kepulauan Riau yang berbatasan dengan Singapura dan di Bali.

Baca Juga: Cegah Kejahatan Seksual pada Anak, 5 Bagian Tubuh Ini Tak Boleh Disentuh Orang Asing

  

Praktik Budaya yang Merugikan

Perkawinan usia anak, di mana salah satu pihak berusia di bawah 18 tahun, merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang dilarang keras oleh hukum internasional.

Di Indonesia, meskipun prevalensinya menunjukkan tren penurunan, angka perkawinan usia anak (terutama pada anak perempuan) masih tergolong memprihatinkan.

Data tahun UNICEF (2018) menunjukkan bahwa 11,2% perempuan berusia 20-24 tahun (sekitar 1,2 juta orang) telah menikah sebelum usia 18 tahun, menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan angka perkawinan usia anak tertinggi di kawasan. Ironisnya lagi, anak perempuan di pedesaan dua kali lebih berisiko terjerat dalam pernikahan dini dibandingkan anak di perkotaan.

Kemiskinan pun kian memperparah situasi, dengan anak-anak dari keluarga miskin tiga kali lebih berpotensi menikah di usia yang seharusnya mereka nikmati masa belajar dan bermain.

Pekerja Anak

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menggambarkan pekerja anak sebagai “anak yang terlibat dalam pekerjaan yang merampas masa kanak-kanak, potensi, dan martabat seorang anak, dan yang berbahaya bagi perkembangan fisik dan mentalnya.”

Menurut ILO, perbedaan antara anak bekerja dan pekerja anak bergantung pada usia anak, jenis pekerjaan, dan lingkungan kerja.

Di Indonesia, anak berusia 12 tahun sekalipun dianggap dapat diminta mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum. Sayangnya, data pekerja anak di Indonesia tidak memadai; survei terbaru yang meluas adalah survei dari masa sepuluh tahun yang lalu.

Baca Juga: Hari Anak Nasional: Isu Pekerja Anak di Indonesia dan Dampaknya bagi Global

Studi tahun 2019 menemukan bahwa orang tua dan masyarakat Indonesia tidak memahami perbedaan antara anak yang bekerja dan pekerja anak.

Sebuah survei tahun 2018, meski cakupannya terbatas, memperkirakan bahwa lebih dari 7 persen anak usia 10–17 tahun telah bekerja. Di pedesaan, pekerjaan terutama berada di sektor pertanian, sedangkan di perkotaan, pekerjaan utamanya berada di sektor jasa.

Adapun sebagian besar anak yang harus bekerja berasal dari keluarga miskin, yang tujuannya untuk menambah pendapatan keluarga. Anak lelaki juga lebih mungkin terlibat sebagai pekerja anak dibandingkan anak perempuan.

Dampak Kekerasan Anak terhadap Kemunduran Bangsa 

Kekerasan-kekerasan ini tidak hanya menimbulkan kerugian, penderitaan dan penghinaan terhadap anak-anak, tapi pada kasus terburuk juga bisa membunuh mereka.

Semua anak berhak atas perlindungan dari kekerasan, apapun sifat atau tingkat keparahan tindakannya.

Dan penting untuk diingat bahwa segala bentuk kekerasan dapat menimbulkan kerugian pada anak, menurunkan rasa harga dirinya, merendahkan martabatnya dan menghambat perkembangannya.

Di sisi lain, penurunan prevalensi perkawinan usia anak memang patut diapresiasi.

Namun, tren melandainya penurunan ini dalam beberapa tahun terakhir menjadi alarm pengingat bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan perkawinan usia anak harus terus digencarkan.

Baca Juga: 5 Upaya Mencegah serta Melawan Kekerasan dan Perkawinan Anak di Lingkungan Keluarga

Perkawinan usia anak bukan hanya merenggut masa depan anak-anak, tetapi juga menghambat kemajuan bangsa.

Penting untuk diingat bahwa anak-anak adalah generasi penerus bangsa, yang mana masa depan bertumpu pada pundak mereka.

Oleh karena itu, melindungi anak-anak adalah investasi penting untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik.

(*)

Sumber Parapuan

Terkini Lainnya
Cocok untuk Keluarga, Ini Rekomendasi TV yang Aman untuk Kesehatan Mata
Cocok untuk Keluarga, Ini Rekomendasi TV yang Aman untuk Kesehatan Mata
PARAPUAN
Bukan Hanya Kesehatan, Ini Alasan Penyakit Kritis Juga Mengancam Keuangan
Bukan Hanya Kesehatan, Ini Alasan Penyakit Kritis Juga Mengancam Keuangan
PARAPUAN
Dari Indonesia ke Dunia: Strategi Verra Victoria Menembus Pasar Kopi Global
Dari Indonesia ke Dunia: Strategi Verra Victoria Menembus Pasar Kopi Global
PARAPUAN
Ini Alasan Daihatsu Sigra Cocok Jadi Mobil Pilihan Perempuan Aktif (Kompas)
Ini Alasan Daihatsu Sigra Cocok Jadi Mobil Pilihan Perempuan Aktif (Kompas)
PARAPUAN
Septeamberdeka Buka Jalan Menuju IWF 2026, Seru dan Penuh Makna
Septeamberdeka Buka Jalan Menuju IWF 2026, Seru dan Penuh Makna
PARAPUAN
Praktis dan Enak, Ini Cara Mengolah Kornet Sapi yang Mudah Dibuat
Praktis dan Enak, Ini Cara Mengolah Kornet Sapi yang Mudah Dibuat
PARAPUAN
Membongkar Tren Pariwisata 2025: Peran AI dan Kebiasaan Baru Gen Z
Membongkar Tren Pariwisata 2025: Peran AI dan Kebiasaan Baru Gen Z
PARAPUAN
Kasus Penyakit Kritis Meningkat, MSIG Life Edukasi Literasi Finansial Lewat Fortify
Kasus Penyakit Kritis Meningkat, MSIG Life Edukasi Literasi Finansial Lewat Fortify
PARAPUAN
Pengakuan Tertinggi Diberikan kepada Penggerak Ekosistem Inovasi Berkelanjutan
Pengakuan Tertinggi Diberikan kepada Penggerak Ekosistem Inovasi Berkelanjutan
PARAPUAN
Biaya Kesehatan Bikin Kantong Jebol? Ini Rahasia Biar Tetap Merdeka Finansial!
Biaya Kesehatan Bikin Kantong Jebol? Ini Rahasia Biar Tetap Merdeka Finansial!
PARAPUAN
PMB 2025 Universitas BSI Masuki Gelombang Terakhir, Berikut Panduan Pendaftarannya
PMB 2025 Universitas BSI Masuki Gelombang Terakhir, Berikut Panduan Pendaftarannya
PARAPUAN
Mengenal Aie Natasha, Pemerhati SDM dan Lingkungan yang Dapat Penghargaan Internasional
Mengenal Aie Natasha, Pemerhati SDM dan Lingkungan yang Dapat Penghargaan Internasional
PARAPUAN
Cara Mudah Dapat Bonus dari Program Referral Transfez, Cukup Ajak Teman!
Cara Mudah Dapat Bonus dari Program Referral Transfez, Cukup Ajak Teman!
PARAPUAN
Diadakan November, Ini Lomba Lari Khusus Anak-Anak dengan Konsep Seru
Diadakan November, Ini Lomba Lari Khusus Anak-Anak dengan Konsep Seru
PARAPUAN
Seperti Jajanan Tradisional, Ini Rekomendasi Kopi Klepon yang Unik
Seperti Jajanan Tradisional, Ini Rekomendasi Kopi Klepon yang Unik
PARAPUAN
Ini Rekomendasi TV untuk Berbagai Kebutuhan yang Dapat Penghargaan Bergengsi
Ini Rekomendasi TV untuk Berbagai Kebutuhan yang Dapat Penghargaan Bergengsi
PARAPUAN
Cocok untuk Business Trip, Ini Rekomendasi Ransel Ringan, Fungsional dan Stylish
Cocok untuk Business Trip, Ini Rekomendasi Ransel Ringan, Fungsional dan Stylish
PARAPUAN
TransTRACK Bantu Perusahaan Pelayaran Awasi Bahan Bakar dan Operasional Kapal Secara Real-Time
TransTRACK Bantu Perusahaan Pelayaran Awasi Bahan Bakar dan Operasional Kapal Secara Real-Time
PARAPUAN
Hunian Gaya Kontemporer dan Heritage Jadi Tren, Ini Rekomendasi Interiornya
Hunian Gaya Kontemporer dan Heritage Jadi Tren, Ini Rekomendasi Interiornya
PARAPUAN
Polarin Xinindo dan M-Flex Bahas Pentingnya Insulasi Pipa AC dalam Seminar Ekslusif
Polarin Xinindo dan M-Flex Bahas Pentingnya Insulasi Pipa AC dalam Seminar Ekslusif
PARAPUAN
UMKM Ini Beberkan Pentingnya Pendanaan agar Bisnis Bisa Naik Kelas
UMKM Ini Beberkan Pentingnya Pendanaan agar Bisnis Bisa Naik Kelas
PARAPUAN
Hadir di Jakarta, Ini Rekomendasi Outdoor Apparel yang Padukan Kemewahan dan Kualitas
Hadir di Jakarta, Ini Rekomendasi Outdoor Apparel yang Padukan Kemewahan dan Kualitas
PARAPUAN
Rekomendasi Produk Souvenir Kantor untuk Hadiah Karyawan dan Klien
Rekomendasi Produk Souvenir Kantor untuk Hadiah Karyawan dan Klien
PARAPUAN
Mengintip Koleksi Perhiasan yang Kisahkan Perjalanan Hidup Tasya Farasya
Mengintip Koleksi Perhiasan yang Kisahkan Perjalanan Hidup Tasya Farasya
PARAPUAN
Kegiatan Bagi-Bagi Sayur dan Lauk Gratis Pada Ribuan Orang Ini Pecahkan Rekor MURI
Kegiatan Bagi-Bagi Sayur dan Lauk Gratis Pada Ribuan Orang Ini Pecahkan Rekor MURI
PARAPUAN
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau