Tantangan Rahayu Oktaviani berdedikasi melestarikan Owa Jawa.
Parapuan.co - Publik baru-baru ini memberikan perhatian kepada Rahayu Oktaviani, seorang peneliti Owa Jawa, menyusul penganugerahan Whitley Award 2025 sebagai pengakuan atas dedikasinya selama kurang lebih 17 tahun dalam meneliti dan melestarikan primata endemik tersebut.
Dalam wawancara eksklusif bersama PARAPUAN, Rahayu Oktaviani mengungkapkan betapa sulitnya upaya melestarikan owa Jawa (Hylobates moloch), primata endemik Indonesia yang terancam kepunahan, serta berbagai rintangan besar yang ia jumpai dalam menjaga populasi spesies ini.
Tantangan sebagai Peneliti
Ayu, demikian ia biasa disapa, mengidentifikasi penelitian sebagai salah satu tantangan utama. Ia menggarisbawahi bahwa tujuan riset seharusnya tidak terbatas pada kepentingan akademik atau penyusunan kebijakan, melainkan juga harus dapat dipahami oleh masyarakat umum, terutama komunitas yang hidup di sekitar wilayah owa Jawa.
"Saya rasa salah satu tantangannya adalah bagaimana kita sebagai peneliti bisa menjadi lebih inklusif. Dalam arti setiap penelitian yang kita hasilkan tidak cuma bermanfaat khususnya bagi scientific community atau masyarakat sains atau pengambil kebijakan," papar Ayu kepada PARAPUAN.
"Tapi bagaimana caranya agar hasil penelitian tersebut dapat diterjemahkan secara lebih sederhana, sebagai contoh, bagi masyarakat yang hidup di sekitar area tempat Owa Jawa hidup pun bisa tahu apa pentingnya kita melakukan penelitian," imbuhnya.
Menurut Rahayu Oktaviani, pendekatan yang inklusif menjadi kunci agar hasil riset bisa menginspirasi tindakan nyata di lapangan. Memahamkan masyarakat lokal tentang pentingnya pelestarian owa Jawa dinilai penting, mengingat mereka berada di garis depan dalam menjaga habitat alami satwa ini.
Populasi Owa Jawa yang Langka
Selain tantangan komunikasi hasil riset, ancaman terhadap habitat owa Jawa juga masih menjadi pekerjaan rumah besar. Populasi owa Jawa terus tertekan akibat menyempitnya habitat hutan yang menjadi tempat tinggal mereka. Fragmentasi hutan dan konversi lahan menjadi salah satu penyebab utama berkurangnya ruang hidup primata ini.
Baca Juga: POSCO dan Habitat for Humanity Berdayakan Masyarakat dengan Bangun Hunian Layak Ramah Lingkungan
Tidak hanya itu, perdagangan ilegal juga menjadi momok serius. Owa Jawa masih diburu dan diperdagangkan untuk dijadikan hewan peliharaan. Praktik ini tidak hanya merusak populasi liar tetapi juga menyulitkan upaya rehabilitasi dan reintroduksi owa ke alam bebas.
"Lalu kemudian selain itu, ancaman-ancaman lain terkait habitat owa Jawa pun masih ada, baik dari sisi kurangnya habitat karena memang habitat mereka yang semakin menyempit atau perdagangan ilegal yang menjadikan mereka sebagai hewan peliharaan," terang Ayu.
Ayu menegaskan, berbagai tantangan tersebut tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Kolaborasi lintas sektor—antara peneliti, pemerintah, masyarakat lokal, dan organisasi konservasi—mutlak diperlukan agar upaya perlindungan owa Jawa bisa berjalan efektif.
"Berbagai tantangan tersebut sebenarnya yang harus bisa dilakukan bersama-sama oleh berbagai pihak," ungkapnya.
(*)