Ia menekankan perlunya audit dan evaluasi terhadap respon daerah terhadap peringatan dini cuaca ekstrem agar upaya mitigasi lebih efektif.
Baca juga: Beredar Video Gumpalan Hitam Mirip Awan Berterbangan di Subang, Ini Penjelasan BMKG
BMKG juga mengingatkan bahwa peningkatan intensitas hujan berdampak langsung terhadap berbagai moda transportasi.
Untuk transportasi darat, genangan air dapat menyebabkan jalanan licin dan memperbesar risiko kecelakaan.
Sementara itu, untuk transportasi udara, keberadaan awan Cumulonimbus (Cb) harus diwaspadai karena dapat mengganggu jadwal penerbangan.
“Transportasi laut juga, saat terjadi awan Cb berwarna hitam gelap tapi sekitarnya terang, berpotensi terjadi angin secara tiba-tiba dan hujan dengan intensitas deras, ini berpotensi mengganggu pelayaran. Ini yang perlu diwaspadai,” ujar Ramlan.
Baca juga: BMKG Ungkap 2 Penyebab Utama 2024 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Saja?
BMKG memperkirakan bahwa puncak musim hujan di wilayah Kepri akan berlangsung hingga Desember 2025. Setelah periode tersebut, intensitas hujan diprediksi berangsur menurun meski potensi hujan lokal masih dapat terjadi.
Ramlan menegaskan pentingnya kesiapan semua pihak dalam menghadapi cuaca ekstrem di wilayah kepulauan seperti Kepri.
“Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar langkah mitigasi dapat dilakukan lebih awal sebelum cuaca ekstrem berdampak besar pada masyarakat,” katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang