Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Flexing!

Kompas.com - 16/09/2025, 20:34 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

HURU-hara merupakan istilah bahasa Indonesia yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknakan sebagai keributan; kerusuhan; kekacauan.

Berdasar penelitian Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan bekerja sama dengan Pusat Studi Kelirumologi, huru-hara merupakan satu di antara sekian banyak gejala perilaku masyarakat yang keliru akibat lepas kendali etika, tata krama moral dan akhlak sehingga lebih banyak mudarat dan ketimbang manfaat.

Huru-hara lebih memiliki daya negatif dan destruktif ketimbang daya positif dan konstruktif.

Menurut catatan sejarah peradaban pada lazimnya peristiwa yang terjadi pada apa yang disebut revolusi seperti Perancis dan Rusia kerap kali diawali dengan huru-hara. Termutakhir adalah Revolusi Nepal.

Banyak teori sebab-akibat tentang huru-hara, meski pada hakikatnya huhu-hara lebih cenderung merupakan akibat ketimbang sebab.

Namun, dari diagnosa dengan menggunakan lensa Pancasila terhadap huru-hara Mei 1998 dan Agustus 2025, layak disimpulkan bahwa akar permasalahan utama terletak pada belum terwujudnya cita-cita sila terakhir Pancasila, yaitu Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat Indonesia akibat belum semua warga Indonesia menikmati nikmatnya kemerdekaan.

Di masa kini keadilan sosial baru untuk sebagian kecil rakyat Indonesia.

Maka pada hakikatnya merupakan tugas kewajiban para penguasa Indonesia yang dipilih oleh mayoritas rakyat untuk berkuasa di Indonesia untuk meletakkan sila ke dua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab sebagai mahkota peradaban pembangunan nasional Indonesia yang lebih mengutamakan pembangunan akhlak, moral, budi-pekerti ketimbang pembangunan infrastruktur selaras sukma dasar keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia.

Tanpa harus lewat jajak-pendapat alias survei yang mahal diperjual-belikan, sebenarnya dapat disadari untuk disepakati bahwa pendidikan dan pelayanan kesehatan gratis jauh lebih dibutuhkan rakyat Indonesia ketimbang kereta super cepat, jalan tol maupun ibu kota baru.

Di Indonesia masa kini sungguh sangat amat disayangkan bahwa pada kenyataan kekayaan duniawi berupa jabatan dan harta benda telah diberhalakan sebagai kaidah ukuran utama status sosial.

Flexing dalam arti pamer kekayaan duniawi, jabatan dan harta benda merupakan pemantik utama kecemburuan sosial akibat jurang kesenjangan sosial makin melebar di persada Indonesia tercinta ini.

Mari kita mulai mengayunkan langkah menempuh perjalanan perjuangan membangun negara dan bangsa Indonesia dengan semangat jihad al-nafs, ojo dumeh, serta ngono yo ngono ning ojo ngono mulai dari diri kita masing-masing dengan cukup berbekal satu pedoman saja, yaitu jangan flexing! MERDEKA!

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
Tren
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Tren
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Tren
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
Tren
Kisah Bayi '7-Eleven' yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Kisah Bayi "7-Eleven" yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Tren
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Tren
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Tren
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Tren
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Tren
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
Tren
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Tren
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Tren
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau