Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute

Pendiri dan Direktur The National Maritime Institute (Namarin), sebuah lembaga pengkajian kemaritiman independen. Acap menulis di media seputar isu pelabuhan, pelayaran, kepelautan, keamanan maritim dan sejenisnya.

Menyoal Wacana Penggabungan Pelni dan ASDP ke dalam Pelindo

Kompas.com - 03/02/2025, 15:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEMENTERIAN Badan Usaha Milik Negara berencana menggabungkan operator pelayaran penyeberangan pelat merah PT ASDP dan pelayaran penumpang PT Pelni ke dalam Pelindo. Sayangnya rencana ini belum jelas detailnya.

Menteri BUMN Erick Thohir sepertinya tak berpikir panjang dengan gagasan penggabungan. Sebagai entitas yang kelak menampung kedua perusahaan pelayaran tersebut, Pelindo, operator pelabuhan milik negara, melalui Direktur Utamanya Arif Suhartono mengungkapkan bahwa belum ada pembahasan terkait rencana dimaksud.

Menurut dia, pembahasan masih berada di lingkup Kementerian BUMN.

Penggabungan (merger) BUMN memang salah satu program yang diusung Erick Thohir sejak ia menjabat Menteri BUMN mulai dari era Joko Widodo hingga kini dalam pemerintahan Prabowo Subianto. Namun, ide merger perusahaan tidak murni besutannya.

Dalam konteks penggabungan Pelindo, menurut Sabri Saiman, seorang tokoh kepelabuhanan nasional, gagasan merger sudah muncul jauh sebelum Jokowi menjadi orang nomor satu di Indonesia dan Erick sebagai Menteri BUMN.

Sabri merupakan salah seorang yang getol mewacanakan penggabungan Pelindo kala itu. Alasannya, dengan berdirinya Pelindo I, II, III dan IV yang masing-masing setara dalam kedudukan dan kewenangan, sementara lini bisnis yang digarap senada-seirama, jelas sektor pelabuhan nasional tidak efisien dengan adanya redundansi dan replikasi peralatan, SDM, dll.

Sedikit mengutip sejarah Pelindo, keempat perusahaan kepelabuhan milik negara itu didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) yang diterbitkan pada 1991. Pembedanya hanya nomor PP-nya saja.

Pelindo I yang wilayah kelolaannya mencakup empat provinsi: NAD, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau, mendapat nomor 56.

Pelindo II, mengelola pelabuhan di sepuluh provinsi, antara lain, Sumatera Barat, Jawa Barat dan Kalimantan Barat diberi PP bernomor 57.

Pelindo III dengan wilayah kerja meliputi Jawa Timur hingga NTT diberi PP nomor 58. Adapun Pelindo IV, merentang dari Kalimantan Timur hingga Papua Barat, mendapat penetapan Peraturan Pemerintah No 59.

Kini semua Pelindo sudah melebur menjadi satu. Sabri beserta pemangku kepentingan lainnya bisa bernapas lega karena apa yang mereka suarakan akhirnya terwujud juga, yaitu bersatunya Pelindo.

Tantangan

Merger Pelindo dinilai banyak pihak berhasil dan sejauh ini ada sejumlah pencapaian yang patut diapresiasi.

Namun, bukan berarti tak ada masalah atau tantangan yang mencuat dan sampai derajat tertentu belum dapat diatasi oleh top management sampai saat ini.

Saya tidak hendak membahas masalah tersebut dalam tulisan ini. Fokusnya adalah, dengan akan bergabungnya Pelni dan ASDP ke dalam jajaran Pelindo, masalah/tantangan itu berpeluang bertambah besar.

Jika tidak cerdas mengelolanya, maka akan berujung tenggelamnya bahtera korporasi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Cuan
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau