JAKARTA, KOMPAS.com - Harga emas terus menunjukkan tren kenaikan, baik di dalam negeri maupun global, hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH).
Di Indonesia, harga emas logam mulia (LM) Antam sudah mencapai Rp 1.904.000 per gram sejak perdagangan Sabtu (12/4/2025). Ini untuk pertama kalinya harga emas Antam mencapai level Rp 1,9 juta-an.
Sementara di global, harga emas di pasar spot berada di level 3.235,89 dollar AS per troy ons pada akhir perdagangan Jumat (11/4/2025), setelah sempat mencapai rekor tertinggi 3.245,28 dollar AS per troy ons di awal sesi.
Dengan harga emas saat ini sudah mencapai level tertinggi, apakah pemegang logam mulia harus melakukan aksi jual atau justru menahan?
Baca juga: Jual Emas demi Lunasi Rumah, Secuil Cerita Pejuang KPR yang Terjepit Ketidakpastian 2025
Harga emas dunia diproyeksi bisa menembus level 3.400 dollar AS per troy ons, sedangkan harga emas Antam bisa mencapai kisaran level Rp 2.050.000-Rp 2.150.000 pada tahun ini.
"Yang memiliki logam mulia sampai saat ini (baiknya) wait and see dulu," ujar Ibrahim kepada Kompas.com, Minggu (13/4/2025).
"Jadi tahan dulu sampai ada kemungkinan besar bahwa emas dunia itu akan tembus 3.400 dollar AS di 2025, dan emas (Antam) itu kemungkinan di Rp 2.050.000 sampai di Rp 2.150.000-an," lanjutnya.
Baca juga: Mau Jual Emas? Ini Tips Buyback Agar Dapat Untung Maksimal
Kondisi itu menimbulkan gejolak perekonomian sehingga membuat semakin banyak investor menaruh dananya pada emas, yang merupakan aset lindung nilai atau safe haven.
Hal ini tentu berdampak pada meningkatnya permintaan terhadap emas sehingga mengerek harga logam kuning tersebut.
Ia pun memperkirakan harga emas dunia bisa mencapai level 3.400 dollar AS per troy ons pada kuartal III atau kuartal IV tahun 2025 jika kondisi global tidak membaik.
"3.400 dollar AS itu kemungkinan di kuartal ke-IV atau ke-III. Tapi kemungkinan di kuartal III, dan kalau ini tercapai bisa lebih besar lagi," kata Ibrahim.
Baca juga: Fenomena Antre Sejak Subuh Demi Emas Antam, Serius Investasi atau Sekadar FOMO?
Di sisi lain, tren penguatan harga emas dunia juga berpotensi dipengaruhi kebijakan suku bunga bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed).
Ia bilang, kondisi laju inflasi AS yang saat ini melandai memungkinkan The Fed memangkas suku bunganya lebih dari tiga kali, dan menjadi sentimen positif bagi kenaikan harga emas.
"Kondisi ini akan dimanfaatkan oleh para investor, karena melemahkan dollar AS untuk melakukan pembelian terhadap logam mulia. Dan logam mulia ini memang salah satu lindung nilai yang paling menarik di tengah resesi global yang menghantui saat ini," jelasnya.
Baca juga: Demam Emas Pasca Lebaran, Kala Toko-toko Emas di Cikini Diserbu Pembeli...
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini