JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Seluruh Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, menyebut fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana) bukan hal baru di pusat perbelanjaan.
Ia mengatakan perilaku seperti itu memang sudah biasa terjadi. Intensitasnya bisa naik atau turun tergantung kondisi ekonomi.
"Saya ingin menjelaskan bahwa rojali dan rohana itu bukan sesuatu yang tiba-tiba baru terjadi. Rojali dan Rohana itu selalu terjadi di pusat perbelanjaan. Kenapa? Karena fungsi pusat perbelanjaan itu bukan lagi hanya sekadar tempat belanja," ujar Alphonzus di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (6/8/2025).
"Tetapi juga ada fungsi edukasi, fungsi sosial, fungsi hiburan. Jadi yang datang ke pusat belanja itu tidak melulu, belum tentu belanja. Jadi ada fungsi-fungsi lain, makanya ada Rojali tadi," lanjutnya.
Baca juga: Bantah Rojali-Rohana akibat Daya Beli Melemah, Wamendag: Cara Kita Belanja Berubah
Menurut Alphonzus, ada banyak hal yang bisa menyebabkan tren rojali naik. Salah satunya adalah musim sepi (low season) yang terjadi lebih panjang tahun ini.
Ramadhan dan Lebaran datang lebih awal, sehingga periode belanja cenderung lesu sejak April sampai pertengahan Juni.
"Jadi ada tambahan low season 2,5 bulan yaitu April, Mei sampai dengan pertengahan Juni. Pertengahan Juli kan sudah libur sekolah, kalau libur sekolah biasanya mulai meningkat lagi," ucap Alphonzus.
"Libur sekolah kan sudah selesai di pertengahan Juli kemarin, jadi sekarang kita masuk low season kedua," sambungnya.
Ia juga menekankan bahwa rojali dan rohana tidak hanya muncul di kelas menengah bawah. Konsumen dari kelompok menengah atas pun bisa bersikap serupa, meski daya belinya lebih stabil.
Baca juga: Tepis Fenomena Rohana dan Rojali, Airlangga Sebut Ada Perubahan Perilaku Belanja Masyarakat
Faktor ekonomi makro dan mikro ikut memengaruhi perilaku mereka. Misalnya tarif impor dari Amerika Serikat, fluktuasi nilai tukar, dan kenaikan harga emas yang menimbulkan ketidakpastian.
"Sehingga mereka punya pilihan, (apakah) belanja atau berinvestasi atau menyimpan uangnya. Tetapi kembali lagi, Rojali dan Rohana ini tidak perlu dikhawatirkan, nanti akan berkurang otomatis secara tidak langsung," kata Alphonzus.
"Menjelang Natal-Tahun Baru yang merupakan peak season kedua di penjualan ritel di Indonesia itu pun akan berkurang begitu. Jadi saya kira bukan sesuatu yang luar biasa dengan rojali dan rohana ini," tambahnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang