Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Industri Tekstil Perlu Jaga Iklim Usaha untuk Tarik Investasi

Kompas.com - 21/08/2025, 18:02 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku industri tekstil menekankan pentingnya mewujudkan kemerdekaan di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT). Kemerdekaan itu tidak hanya dimaknai sebagai lepas dari tekanan global, tetapi juga dari bentuk dominasi internal yang dinilai melemahkan iklim usaha.

Sejumlah asosiasi yang semestinya menjadi wadah aspirasi dan mitra pemerintah, dinilai kerap berubah fungsi.

Alih-alih mendorong kolaborasi dan inovasi, sebagian di antaranya menyebarkan pesimisme, hingga mengedepankan agenda kelompok tertentu.

Pengamat industri tekstil dari Panca Sakti University Joni Tesmanto mengatakan, kondisi ini berpotensi menekan investasi dan merugikan jutaan tenaga kerja yang menggantungkan hidup di sektor TPT.

“Industri tekstil Indonesia sedang bertransformasi, bukan runtuh. Narasi krisis yang dibesar-besarkan hanya akan menakut-nakuti investor dan merugikan bangsa sendiri,” ujar dia dalam keterangan resmi, Kamis (21/8/2025).

Baca juga: Apindo Beda Pendapat Soal BMAD, Industri Tekstil Minta Sikap Tegas

Sebelumnya, pemerintah juga mengungkapkan, peran asosiasi seharusnya menjadi jembatan solusi, bukan sumber perpecahan. Semangat kemerdekaan harus diartikan sebagai upaya melepaskan diri dari segala bentuk dominasi baik asing maupun internal yang menghambat produktivitas.

Sebagai catatan, data menunjukkan kinerja industri TPT Indonesia tetap solid. Hingga kuartal I-2025, investasi baru di sektor ini mencapai Rp 5,40 triliun, atau menyerap 1.907 tenaga kerja tambahan.

Jumlah tersebut menjaga total lapangan kerja pada angka 3,76 juta orang atau hampir 20 persen dari seluruh tenaga kerja industri manufaktur nasional.

Dari sisi perdagangan luar negeri, nilai ekspor TPT mencapai 2,99 miliar dollar AS, atau naik 1,53 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Bahkan data baru yang dirilis oleh BKPM diketahui pada kuartal II-2025 investasi baru TPT naik menjadi Rp 10,21 triliun dengan pertumbuhan sebesar 4,35 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2025. Jumlah tersebut berkontribusi 0,95 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Baca juga: Produk Manufaktur AS Berpotensi Banjiri Pasar RI, Menperin Beberkan Posisi Industri TPT

Sementara itu, Wakil Ketua Umum (Waketum) PB Pemuda Muslim Pungkas Supriyadi mengatakan, momentum kemerdekaan tahun ini menjadi pengingat bahwa masa depan industri tekstil tidak boleh dikungkung oleh kepentingan sempit.

Sebaliknya, yang dibutuhkan adalah kebersamaan, optimisme, serta komitmen seluruh pemangku kepentingan untuk membangun ekosistem TPT yang sehat, inklusif, dan berdaya saing tinggi.

"Kemerdekaan sejati industri tekstil hanya akan lahir dari kolaborasi, bukan dominasi. Dengan kebersamaan, Indonesia dapat menjadikan tekstil bukan sekadar industri padat karya," tutup dia.

Baca juga: POLY Tutup Pabrik Tekstil di Karawang, Terdampak Kebijakan Impor dan Tarif AS

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Keuangan
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Ekbis
Benarkah Hino Milik Toyota?
Benarkah Hino Milik Toyota?
Ekbis
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Ekbis
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Ekbis
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau