JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku industri tekstil menekankan pentingnya mewujudkan kemerdekaan di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT). Kemerdekaan itu tidak hanya dimaknai sebagai lepas dari tekanan global, tetapi juga dari bentuk dominasi internal yang dinilai melemahkan iklim usaha.
Sejumlah asosiasi yang semestinya menjadi wadah aspirasi dan mitra pemerintah, dinilai kerap berubah fungsi.
Alih-alih mendorong kolaborasi dan inovasi, sebagian di antaranya menyebarkan pesimisme, hingga mengedepankan agenda kelompok tertentu.
Pengamat industri tekstil dari Panca Sakti University Joni Tesmanto mengatakan, kondisi ini berpotensi menekan investasi dan merugikan jutaan tenaga kerja yang menggantungkan hidup di sektor TPT.
“Industri tekstil Indonesia sedang bertransformasi, bukan runtuh. Narasi krisis yang dibesar-besarkan hanya akan menakut-nakuti investor dan merugikan bangsa sendiri,” ujar dia dalam keterangan resmi, Kamis (21/8/2025).
Baca juga: Apindo Beda Pendapat Soal BMAD, Industri Tekstil Minta Sikap Tegas
Sebelumnya, pemerintah juga mengungkapkan, peran asosiasi seharusnya menjadi jembatan solusi, bukan sumber perpecahan. Semangat kemerdekaan harus diartikan sebagai upaya melepaskan diri dari segala bentuk dominasi baik asing maupun internal yang menghambat produktivitas.
Sebagai catatan, data menunjukkan kinerja industri TPT Indonesia tetap solid. Hingga kuartal I-2025, investasi baru di sektor ini mencapai Rp 5,40 triliun, atau menyerap 1.907 tenaga kerja tambahan.
Jumlah tersebut menjaga total lapangan kerja pada angka 3,76 juta orang atau hampir 20 persen dari seluruh tenaga kerja industri manufaktur nasional.
Dari sisi perdagangan luar negeri, nilai ekspor TPT mencapai 2,99 miliar dollar AS, atau naik 1,53 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Bahkan data baru yang dirilis oleh BKPM diketahui pada kuartal II-2025 investasi baru TPT naik menjadi Rp 10,21 triliun dengan pertumbuhan sebesar 4,35 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2025. Jumlah tersebut berkontribusi 0,95 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Baca juga: Produk Manufaktur AS Berpotensi Banjiri Pasar RI, Menperin Beberkan Posisi Industri TPT
Sementara itu, Wakil Ketua Umum (Waketum) PB Pemuda Muslim Pungkas Supriyadi mengatakan, momentum kemerdekaan tahun ini menjadi pengingat bahwa masa depan industri tekstil tidak boleh dikungkung oleh kepentingan sempit.
Sebaliknya, yang dibutuhkan adalah kebersamaan, optimisme, serta komitmen seluruh pemangku kepentingan untuk membangun ekosistem TPT yang sehat, inklusif, dan berdaya saing tinggi.
"Kemerdekaan sejati industri tekstil hanya akan lahir dari kolaborasi, bukan dominasi. Dengan kebersamaan, Indonesia dapat menjadikan tekstil bukan sekadar industri padat karya," tutup dia.
Baca juga: POLY Tutup Pabrik Tekstil di Karawang, Terdampak Kebijakan Impor dan Tarif AS
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang