KOMPAS.com - Kejayaan PT Gudang Garam Tbk (kode emiten: GGRM) bisa dibilang sudah mulai meredup. Hal ini bisa dilihat dari kinerja keuangannya.
Penjualan rokok turun. Penyebabnya beragam, dari daya beli masyarakat melemah, kenaikan cukai, hingga maraknya peredaran rokok ilegal.
Meski tidak sampai merugi, performa keuangannya terjun bebas. Misalnya saja pada 2023, perseroan masih mampu meraup laba bersih hingga Rp 5,32 triliun.
Namun, hanya setahun berselang, angka tersebut anjlok tajam menjadi Rp 980,8 miliar pada 2024, alias tergerus lebih dari 80 persen.
Kondisi makin memprihatinkan pada 2025. Dalam laporan kinerja semester I, laba Gudang Garam hanya tersisa Rp 117 miliar. Padahal, selama lebih dari satu dekade, perusahaan selalu mencatat laba bersih di atas Rp 5 triliun.
Baca juga: Era Kejayaan Gudang Garam
Selama puluhan tahun, Gudang Garam dikenal sebagai pemain besar di industri rokok nasional yang nyaris tak tergoyahkan. Di masa keemasannya, GGRM masuk jajaran emiten paling cuan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pemilik kendali PT Gudang Garam Tbk ternyata tak lain adalah Keluarga Wonowidjojo. Melalui perusahaan investasi mereka, PT Suryaduta Investama, keluarga ini menggenggam mayoritas saham produsen rokok legendaris asal Kediri tersebut.
Berdasarkan situs resmi perusahaan dan BEI, PT Suryaduta Investama memegang 69,29 persen saham Gudang Garam, sehingga otomatis menjadi pengendali utama emiten berkode GGRM itu.
Perusahaan investasi ini berstatus sebagai induk usaha (holding company), dengan Susilo Wonowidjojo tercatat sebagai pemegang saham utamanya.
Gudang Garam sendiri memiliki sejarah panjang. Didirikan pada 1958 oleh Surya Wonowidjojo, perusahaan ini kini diteruskan oleh generasi kedua, yakni Rachman Halim, sang putra pertama.
Baca juga: Kabar PHK Massal dan Laba Gudang Garam yang Terus Melorot
Rachman Halim kemudian meninggal pada 27 Juli 2008. Tampuk kepemimpinan kemudian diwariskan ke adiknya, yakni Susilo Wonowidjojo sampai hari ini. Sang adik sebenarnya sudah menjabat direksi sejak 1976.
Susilo Wonowidjojo sendiri menjadi langganan daftar orang terkaya di Indonesia. Pada 2024, kekayaannya ditaksir Forbes mencapai 2,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 46 triliun.
Di era Susilo Wonowidjojo, Gudang Garam kemudian aktif berekspansi ke bisnis non-rokok. Perusahaan ini kemudian melebarkan sauap dengan mendirikan PT Surya Kerta Agung yang menggarap bisnis jalan tol.
Tak sampai di situ, melalui anak usahanya yang lain, PT Surya Dhoho Investama (SDHI), Gudang Garam membangun Bandara Dhoho Kediri yang belakangan sampai hari ini masih sepi penerbangan.
Gudang Garam sejatinya memiliki anak cucu perusahaan yang bisnisnya cukup beragam. Hampir semua entitas perusahaan milik Gudang Garam memiliki nama depan Surya yang identik dengan nama pendiri perusahaan.
Mengutip laporan keuangan konsolidasi GGRM, beberapa perusahaan anak dan afiliasi antara lain PT Surya Pamenan (industri kertas), PT Surya Air (transportasi udara), PT Surya Abadi Semesta (peralatan keselamatan kerja), dan PT Surya Inti Tembakau (pengolahan tembakau).
Perusahaan lainnya yakni PT Prime Galaxi Ltd (jasa transportasi), PT Surya Dhoho Investama (bandara), dan PT Surya Madistrindo yang memiliki anak usaha hingga 16 perusahaan.
Baca juga: Kabar PHK Gudang Garam, Laba Anjlok, dan Harga Saham Melorot
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini