Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kuntoro Boga
Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Kementan

Praktisi, Peneliti dan Pengamat Pertanian

Pertanian Motor Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran

Kompas.com - 07/09/2025, 08:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA masih bergulat dengan masalah dan upaya pengurangan pengangguran dan kemiskinan, meskikpun tren jangka panjang telah menunjukkan perbaikan.

Data per Agustus 2023 mencatat jumlah pengangguran terbuka mencapai sekitar 7,86 juta orang atau 5,33 persen angkatan kerja.

Sementara itu, tingkat kemiskinan menurun menjadi 8,57 persen dari total penduduk (sekitar 24,06 juta orang) pada September 2024, angka terendah dalam satu dekade.

Meski capaian ini menggembirakan, kenyataannya masih ada puluhan juta rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Lebih mengkhawatirkan lagi, kemiskinan terkonsentrasi di wilayah perdesaan, 11,34 persen penduduk desa tergolong miskin, jauh lebih tinggi dibanding 6,66 persen di perkotaan.

Fakta ini menegaskan bahwa persoalan kemiskinan erat kaitannya dengan kondisi pedesaan dan infrastruktur pendukung.

Dalam konteks ini, revitalisasi sektor pertanian, sebagai motor utama ekonomi pedesaan dapat menjadi kunci penting untuk membuka lapangan kerja baru sekaligus mengentaskan kemiskinan.

Baca juga: Sinyal Kebangkitan Ekspor Pertanian Indonesia

Secara keseluruhan, sektor pertanian masih menjadi tulang punggung penyerapan tenaga kerja Indonesia.

Pada awal 2025, sekitar 28,5 persen total pekerjaan berada di sektor ini. Di antara subsektornya, perkebunan menempati posisi sentral.

Data Sensus Pertanian 2023 menunjukkan terdapat 10,8 juta rumah tangga usaha perkebunan di Indonesia, artinya puluhan juta penduduk menggantungkan hidupnya pada komoditas ini.

Dari sisi ekonomi makro, kontribusi perkebunan juga signifikan, yaitu menyumbang sekitar 3,6 persen PDB nasional pada 2021 dan menjadi sumber devisa andalan.

Sepanjang 2022, ekspor produk pertanian Indonesia mencapai Rp 640 triliun, di mana 97 persen di antaranya berasal dari komoditas perkebunan.

Dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat desa pun sangat terasa. Industri sawit, misalnya, mampu menyerap 16,2 juta tenaga kerja secara langsung maupun tidak langsung.

Sekitar 40 persen lahan sawit nasional justru dikelola oleh 2 juta petani swadaya, yang pendapatannya bisa mencapai 5–10 kali lipat lebih tinggi dibanding petani komoditas pangan lain.

Studi bahkan menemukan bahwa setiap kenaikan 10 persen produksi sawit mampu menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 7,7 persen, dengan laju penurunan kemiskinan lebih cepat di daerah sentra sawit.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau