KOMPAS.com - Pemerintah sedang merancang peta jalan penggunaan etanol sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin sebanyak 10 persen (E10).
Pemerintah melalui Kementerian ESDM, bakal menerbitkan regulasi yang mewajibkan kandungan etanol dalam BBM hingga 10 persen, tujuannya untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Selain itu, penggunaan etanol 10 persen dalam BBM juga berguna untuk menciptakan lapangan kerja baru, sekaligus mendukung upaya peningkatkan penggunaan energi baru terbarukan.
Menanggapi soal rencana penerapan E10 itu, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, mengklaim bahwa produk kendaraan pabrikannya tak masalah dengan penambahan kandungan etanol.
“Kalau brand Toyota itu (sudah kompatibel dengan campuran) E20. Mungkin brand yang lain (sudah kompatibel dengan) E10. Jadi aman,” kata Bob ditemui di Karawang sebagaimana dilansir dari Antara, Minggu (12/10/2025).
Baca juga: Pertamina Uji Coba Bioethanol E10 Pakai Kendaraan Toyota
Menurut Bob, penggunaan BBM E10 memang sebaiknya segera direalisasikan untuk mendukung upaya pengurangan emisi. Para produsen mobil juga akan selalu beradaptasi dengan regulasi BBM di Tanah Air.
Bahkan di beberapa negara, misalnya Amerika Serikat, kandungan etanol dalam BBM sudah mencapai 20 persen.
“Jadi jangan teknologi yang menyesuaikan sama mobil tua di jalan, (nanti) kita ketinggalan teknologi (yang lebih baru). Justru kita harus berevolusi menjadi kendaraan-kendaraan yang adaptif terhadap future bahan bakar,” ujar Bob.
Ia bilang, penerapan E10 pada BBM bensin juga akan menciptakan multiplier effect (dampak berantai) pada ekonomi di Indonesia, misalnya bisa mendorong peningkatan pendapatan petani.
Dengan meningkatnya permintaan (demand) etanol dari bahan baku utama Indonesia seperti tebu hingga jagung, maka petani diharapkan bisa mendapatkan pendapatan yang meningkat pula.
Baca juga: Bahlil Sebut B50 Diterapkan Mulai Semester II-2025
“Karena etanolnya itu dari petani. Jadi kalau misalnya demand-nya naik, income petani juga naik. Cuma mungkin kita belum begitu banyak petaninya (yang fokus ke pembuatan etanol),” kata Bob.
“Ke depan, kalau misalnya banyak petani yang sudah berubah hasil petaninya menjadi etanol ini justru bisa menjadi positive cycle,” ujarnya menambahkan.
Sebelumnya Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan sudah banyak negara sudah lebih dulu memakai campuran etanol dengan bensin. Antara lain Brasil, Amerika Serikat, India, Thailand, dan Argentina.
"Sangatlah tidak benar kalau dibilang etanol itu enggak bagus. Buktinya di negara-negara lain sudah pakai barang ini," ujar Bahlil dalam acara Investor Daily Summit 2025 di Jakarta Convention Center, Kamis (9/10/2025).
Ia menjelaskan, pemerintah sedang mendorong pemanfaatan sumber daya dalam negeri untuk mencapai kemandirian energi. Salah satunya lewat pengembangan etanol sebagai campuran bensin.
Baca juga: Bahlil Tepis Anggapan Etanol Tak Baik untuk Campuran BBM