Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darmansjah Djumala
Diplomat

Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri dan Dosen Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung. Kelompok Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bidang kerjasama internasional.

Menggagas Metadiplomasi dari Proklamasi

Kompas.com - 20/08/2025, 11:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DUNIA tengah berada dalam arus perubahan besar. Krisis geopolitik, ancaman iklim, disrupsi teknologi dan rantai pasok global, serta fragmentasi sosial-politik membuat tatanan global semakin rentan.

Perang di Ukraina memasuki tahun ketiga. Belum ada tanda-tanda akan berakhir dengan damai.

Tragedi kemanusiaan dan genosida di Gaza disaksikan jutaan mata melalui media, tanpa daya untuk menghentikannya.

Rivalitas Amerika Serikat versus China terus membelah peta geopolitik global. Konflik regional yang selama ini hanya terjadi di Eropa Timur dan Timur Tengah, kini merambah ke kawasan Asia Tenggara.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB seolah tak berdaya, tak punya daya paksa untuk menghentikan perang karena dimandulkan oleh hak veto yang dimiliki negara kuat.

Perang tidak hanya menebar duka kemanusiaan. Ia juga mengancam ketahanan energi dan pangan, serta memperparah ketimpangan ekonomi antarnegara.

Baca juga: Dilema Kritik Moralitas

Di sisi lain, perubahan iklim dengan bencana alam ekstrem seperti banjir, kekeringan, dan badai semakin sering terjadi, mengganggu stabilitas produksi dan distribusi global secara luas.

Di tengah situasi ini, diplomasi konvensional yang hanya menekankan kepentingan nasional jangka pendek dan logika kekuasaan (power politics) sering dipertanyakan.

Dunia seolah lelah menghadapi carut marut relasi politik global yang dikalkulasi secara cash and carry diplomacy, kerja sama antarbangsa yang transaksional berbasis untung-rugi semata.

Pertanyaan muncul: apakah hubungan antarbangsa hanya bisa dilakukan dengan cara transaksional berbasis kepentingan real-politics jangka pendek? Tentu tidak.

Pemikir hubungan internasional nyaris sependapat, menghadapi cara diplomasi yang dihela oleh kepentingan jangka pendek seperti itu, dunia membutuhkan paradigma baru dalam diplomasi; yaitu diplomasi yang menempatkan tanggung jawab global, moralitas, dan nilai-nilai etika sebagai landasan (moral and ethics platform) dalam hubungan antarnegara.

Dalam konteks visi ideal seperti itu, konsep metadiplomasi - yakni diplomasi yang tidak hanya digerakkan oleh kepentingan jangka pendek, tetapi juga oleh nilai kemanusiaan universal berbasis moral dan etika - perlu digagas dan dikembangkan sebagai alternatif strategis bagi diplomasi masa depan.

Dalam teori hubungan internasional, realisme masih menjadi pendekatan dominan. Ditekankan bahwa negara bertindak berdasarkan kepentingan nasional semata, yang sering dicapai dengan penggunaan kekuatan keras (hard power).

Joseph Nye mengkritisi pendekatan: “diplomasi yang hanya mengandalkan kekuatan keras tidak akan menyelesaikan persoalan global yang kompleks dan berlapis.”

Nye menyarankan perlunya smart power, kombinasi kekuatan keras dan lunak (soft power), untuk menciptakan stabilitas jangka panjang (Nye, The Future of Power, 2011).

Halaman:


Terkini Lainnya
Pertamina dan KLH Kolaborasi Bersihkan Sungai Ciliwung di Kebun Raya Bogor
Pertamina dan KLH Kolaborasi Bersihkan Sungai Ciliwung di Kebun Raya Bogor
Nasional
Sahroni Dilaporkan ke MKD DPR, Gara-gara Ucapannya Pakai Diksi Tak Pantas
Sahroni Dilaporkan ke MKD DPR, Gara-gara Ucapannya Pakai Diksi Tak Pantas
Nasional
Prabowo Bakal Fungsikan Airbus A400M untuk Evakuasi Korban Bencana, Termasuk Gaza
Prabowo Bakal Fungsikan Airbus A400M untuk Evakuasi Korban Bencana, Termasuk Gaza
Nasional
Menaker: Kita Tidak Ingin Magang Nasional Dijadikan Sarana Eksploitasi
Menaker: Kita Tidak Ingin Magang Nasional Dijadikan Sarana Eksploitasi
Nasional
Umrah Mandiri Dilegalkan, Menhaj Gus Irfan Sarankan Jemaah Tetap Konsultasi PPIU
Umrah Mandiri Dilegalkan, Menhaj Gus Irfan Sarankan Jemaah Tetap Konsultasi PPIU
Nasional
Eks Direktur PT PPI Charles Sitorus Tak Kasasi di Kasus Impor Gula
Eks Direktur PT PPI Charles Sitorus Tak Kasasi di Kasus Impor Gula
Nasional
Airbus Resmi Serahkan Pesawat A400M Pertama ke Indonesia
Airbus Resmi Serahkan Pesawat A400M Pertama ke Indonesia
Nasional
Umrah Mandiri Dilegalkan, Menteri Haji Akui Terima Banyak Komplain dari Biro Travel
Umrah Mandiri Dilegalkan, Menteri Haji Akui Terima Banyak Komplain dari Biro Travel
Nasional
Adies Kadir Dilaporkan ke MKD, Buntut Pernyataan Viral soal Tunjangan Anggota DPR
Adies Kadir Dilaporkan ke MKD, Buntut Pernyataan Viral soal Tunjangan Anggota DPR
Nasional
Airbus A400M Mampu Jadi Pesawat Pemadam Kebakaran Hutan, Bisa Bawa 20.000 Liter Air
Airbus A400M Mampu Jadi Pesawat Pemadam Kebakaran Hutan, Bisa Bawa 20.000 Liter Air
Nasional
Budi Arie Ingin Cepat Masuk Gerindra dan Klaim Diajak Langsung Prabowo
Budi Arie Ingin Cepat Masuk Gerindra dan Klaim Diajak Langsung Prabowo
Nasional
SBY dan Eks Menteri Kabinet Indonesia Bersatu 'Reuni' di Thamrin
SBY dan Eks Menteri Kabinet Indonesia Bersatu "Reuni" di Thamrin
Nasional
Antara Janji Politik dan Hutang Konstitusi
Antara Janji Politik dan Hutang Konstitusi
Nasional
MKD Sidangkan Kasus Sahroni dkk, Deputi Persidangan DPR Jadi Saksi Pertama
MKD Sidangkan Kasus Sahroni dkk, Deputi Persidangan DPR Jadi Saksi Pertama
Nasional
Prabowo Serahkan Airbus A400M ke TNI Angkatan Udara
Prabowo Serahkan Airbus A400M ke TNI Angkatan Udara
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau