Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Bedanya Keraton Yogyakarta dan Surakarta? Ini Sejarah dan Ciri Khasnya

Kompas.com - 14/10/2025, 21:41 WIB
Tri Indriawati

Editor

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Meski sering dianggap serupa, Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta (Keraton Solo) sebenarnya memiliki sejarah dan karakter yang berbeda.

Kedua keraton ini sama-sama merupakan warisan Kerajaan Mataram Islam, yang terbagi menjadi dua wilayah kekuasaan setelah Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755.

Perjanjian itu menjadi titik penting dalam sejarah Jawa, karena menandai lahirnya dua pusat kebudayaan besar di Tanah Jawa: Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Baca juga: Barisan 14 Prajurit di Grebeg Maulud 2025 Keraton Yogyakarta dan Kembalinya Bregada Langenkusuma

Asal-usul Dua Keraton: Warisan dari Perpecahan Mataram Islam

Sebelum terbelah, Mataram Islam merupakan kerajaan besar yang berpusat di Jawa Tengah.

Namun, konflik internal dan tekanan politik dari VOC Belanda membuat kekuasaan kerajaan ini melemah.

Melalui Perjanjian Giyanti, kerajaan kemudian dibagi dua.

Bagian pertama diberikan kepada Pangeran Mangkubumi, yang bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I, sebagai penguasa Keraton Yogyakarta.

Sementara itu, bagian kedua diserahkan kepada Pakubuwono III, yang memimpin Keraton Surakarta.

Dua hari setelah itu, pada 15 Februari 1755, ditandatangani Perjanjian Jatisari yang mempertegas identitas dan perbedaan adat antara kedua keraton tersebut, termasuk perbedaan dalam bahasa, tata busana, musik gamelan, hingga sistem adat istiadat.

Perbedaan Keraton Yogyakarta dan Surakarta

Berikut ini perbedaan Keraton Yogyakarta dan Surakarta:

1. Gelar dan Kepemimpinan

Kedua keraton memiliki sistem kepemimpinan sendiri.

Keraton Yogyakarta dipimpin oleh raja bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono, sementara Keraton Surakarta dipimpin oleh Sunan Pakubuwono.

Sultan Hamengkubuwono I mulai memimpin Yogyakarta sejak berdirinya keraton pada 1755. Kini, kekuasaan diteruskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang juga menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sementara di Surakarta, Sunan Pakubuwono II adalah pendiri Keraton Surakarta pada 1744 sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur akibat Geger Pecinan.

Kini, tahta Kasunanan dipegang oleh Sunan Pakubuwono XIII sebagai penerus tradisi kesunanan di Solo.

Prajurit atau bregada Keraton Yogyakarta saat gladi resik Grebeg Maulud 2025.Dok. kratonjogja.id Prajurit atau bregada Keraton Yogyakarta saat gladi resik Grebeg Maulud 2025.

Halaman:


Terkini Lainnya
Tasikmalaya Salah Satu Wilayah dengan Curah Hujan Tertinggi di Indonesia pada Awal November 2025
Tasikmalaya Salah Satu Wilayah dengan Curah Hujan Tertinggi di Indonesia pada Awal November 2025
Jawa Barat
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Jawa Tengah
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Jawa Barat
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Jawa Barat
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
Banten
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Sumatera Utara
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Jawa Timur
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
Sumatera Selatan
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Jawa Barat
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Jawa Barat
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Sulawesi Selatan
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Kalimantan Barat
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Jawa Tengah
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Jawa Tengah
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
Banten
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau