KOMPAS.com - Badan Gizi Nasional (BGN) memberikan penjelasan terkait menu ikan hiu yang sempat disajikan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 12 Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, yang sebelumnya dikaitkan dengan dugaan keracunan siswa.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menegaskan menu ikan hiu hanya disajikan dua kali sepanjang pelaksanaan program MBG di sekolah tersebut.
“Terkait menu hiu itu, saya tegaskan kalau ada makanan yang terbukti membuat itu diidentifikasi sebagai yang membuat keracunan, kita enggak akan pakai di wilayah itu walaupun banyak (sumber protein dari hiu),” ujarnya dalam konferensi pers di Cibubur, Jawa Barat, dikutip Antara, Kamis.
Baca juga: Program MBG, Janji Pembentukan Tim Investigasi, dan 5.000 Siswa yang Keracunan
Menurut Nanik, pilihan menu dalam program MBG memang disesuaikan dengan kearifan lokal dan ketersediaan bahan pangan di masing-masing daerah.
“Menu apa pun itu, karena kan tujuannya kearifan lokal, misalnya ternyata di wilayah ini yang paling banyak tongkol, ya kita gunakan karena kita juga bukan sekadar memberi makan gratis," kata dia.
"Hiu misalnya, ternyata di situ biasa memang hiu dihidangkan, kalau enggak kan di sini hiu mahal banget, tapi karena di sana banyak hiu, jadi ya diberikan dan itu hanya dua kali selama program berjalan,” jelasnya.
Baca juga: Update Gempa Banyuwangi: 49 Rumah dan 2 Tempat Ibadah Rusak
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana (tengah) bersama Wakil Kepala BGN Nanik S. Deyang (kanan) dan Wakil Kepala BGN Sony Sanjaya (kiri) dalam konferensi pers di Kantor Badan Gizi Nasional (BGN, Jakarta Pusat, Senin (22/9/2025). Nanik menambahkan, masih terjadi tumpang tindih di lapangan antara kasus keracunan dan alergi pada siswa.
Diketahui, sebelum program dijalankan, guru maupun orang tua sudah diminta mengisi formulir terkait alergi makanan siswa.
“Ini ada keracunan dan alergi yang masih tumpang tindih, tidak semua hal itu ada dugaan keracunan, tetapi ada hal yang karena alergi, misalnya alergi udang bahkan ada yang alergi mayonnaise,” kata Nanik.
Baca juga: Kasus Keracunan Jadi KLB, Pemkab Bandung Barat Tutup Sementara Tiga Dapur MBG
Lebih lanjut, Nanik memastikan seluruh biaya pengobatan terkait kasus keracunan MBG akan ditanggung sepenuhnya oleh BGN tanpa membebani orang tua, sekolah, maupun pemerintah daerah.
“Kan kita punya dana, ada yang kita ambilkan misalnya dari operasional, kejadian luar biasa dan macam-macam itu kan pasti kita sediakan, itu full dari BGN, semua ditanggung (biaya pengobatan)," kata dia.
"Contoh di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, ada tagihan Rp 350 juta dari rumah sakitnya, kita bayar semua, bahkan kemarin berapa miliar sudah kita siapkan. Kita enggak membebani apa pun pada orang tua atau kepada pemerintah daerah, jadi nanti tinggal pihak rumah sakit memanggil kami, dari BGN,” imbuhnya lagi.
Baca juga: Daftar Produk Pemutih Mengandung Merkuri dan Bahayanya bagi Kesehatan
Sementara itu, Kepala Regional MBG Kalbar, Agus Kurniawi mengakui jika penyajian menu ikan hiu merupakan bentuk kelalaian serius dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Mulia Kerta.
"Soal menu ikan hiu, itu murni kesalahan dan keteledoran dari SPPG kami. Mereka tidak teliti memilih menu. Ikan hiu itu dibeli dari TPI (tempat pelelangan ikan) Rangga Sentap, produk lokal,” kata Agus kepada wartawan, Rabu (24/9/2025).
Menurutnya, ikan hiu tidak semestinya disajikan bagi anak sekolah.
Baca juga: Kasus Keracunan MBG di Kalbar, Benarkah Menu Olahan Ikan Hiu Jadi Penyebab?
Selain jarang dikonsumsi anak-anak, Agus juga khawatir ikan tersebut mengandung zat berbahaya.
Ia menegaskan, jika hasil investigasi membuktikan makanan dari dapur itu menjadi penyebab keracunan, SPPG Mulia Kerta akan ditutup permanen.
Sebelumnya, sebanyak 24 siswa dan seorang guru di Ketapang dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah menyantap MBG dengan lauk ikan hiu yang disebut mengandung kadar merkuri tinggi.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Merkuri dan Bahayanya bagi Kesehatan
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang