KOMPAS.com - Di tengah pesatnya pertumbuhan pariwisata, model investasi properti per kamar hotel (hotel room investing) semakin menarik perhatian.
Konsep ini menawarkan peluang unik bagi investor, termasuk di destinasi primadona seperti Bali. Namun, layaknya setiap keputusan finansial, ada pro dan kontra yang perlu dipahami secara mendalam.
Investasi properti per kamar adalah skema di mana investor membeli satu atau beberapa unit kamar hotel, bukan seluruh bangunan.
Baca juga: Bukan Sekadar Hotel, Ini Arti Kondotel Sebenarnya
Investor memiliki kamar tersebut sebagai aset, sementara operasional hotel sepenuhnya dipegang oleh pihak manajemen profesional.
Di Bali, konsep ini ditawarkan oleh berbagai pengembang, termasuk Nuanu Real Estate, yang kini menghadirkan X Hotel di kawasan Nuanu Creative City.
CEO Nuanu Creative City, Lev Kroll, menjelaskan bahwa investasi ini bukan sekadar membeli properti hotel stand alone, melainkan menjadi bagian dari ekosistem yang lebih besar.
Baca juga: Resmi, Riyadh Group Rebranding The Grand Mangkuputra Arcade Jadi Kondotel
Dengan 41 kamar yang ditawarkan seharga mulai dari Rp 2,6 miliar, X Hotel diproyeksikan memberikan pengembalian investasi atau return on investment (ROI) yang konservatif namun stabil.
"Berkisar 10-15 persen per tahun dengan asumsi tingkat okupansi 60 persen," ujar Kroll.
Investasi ini memiliki beberapa daya tarik utama. Pertama adalah pemasukan pasif, di mana investor mendapatkan keuntungan dari pendapatan kamar tanpa harus terlibat dalam operasional harian seperti pemasaran, pemeliharaan, atau manajemen tamu.
Kedua, modal lebih terjangkau. Dibandingkan membeli seluruh properti, harga per kamar jauh lebih rendah, membuatnya lebih mudah diakses oleh berbagai kalangan investor.
Baca juga: Bangun Kondotel di Kupang, Binusindo Energi Tanam Rp 330 miliar
Ketiga, manajemen profesional, di mana operasional hotel dikelola oleh tim ahli, memastikan efisiensi dan pemeliharaan properti tetap terjaga.
Dalam kasus X Hotel, manajemen ditangani oleh Nuanu Hospitality yang diklaim memahami kebutuhan lokal dan keberlanjutan.
Keempat, menambahkan properti hotel ke dalam portofolio investasi dapat mengurangi risiko secara keseluruhan dan membuka peluang di sektor pariwisata.
Meski menarik, investasi ini tidak lepas dari risiko yang perlu diperhatikan, seperti fluktuasi pasar.
Hal ini karena industri perhotelan sangat rentan terhadap siklus ekonomi, perubahan tren pariwisata, dan peristiwa global (seperti pandemi atau konflik geopolitik).