JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar properti premium di wilayah Serpong yang mencakup Gading Serpong, BSD City, dan sekitarnya, terus menunjukkan dinamika menarik, bahkan di tengah tantangan ekonomi makro.
Wilayah penyangga Jakarta ini telah bertransformasi menjadi magnet bagi konsumen kelas atas, menepis pandangan lama bahwa properti mewah harus selalu berpusat di kawasan metropolitan seperti Menteng, Kabayoran Baru, atau Pondok Indah.
Selain itu, terdapat fenomena baru yang menunjukkan pergeseran prioritas pembeli bahwa kualitas, desain, dan kelengkapan ekosistem kini jauh lebih penting daripada sekadar ukuran luas.
Baca juga: Siapa Para Penghuni Gedung Perkantoran Mewah di Jakarta?
CEO Leads Properti Indonesia, Hendra Hartono, menyoroti geliat signifikan di segmen properti mewah pinggiran kota, terutama Serpong.
Menurutnya, saat ini pengembang lebih banyak mengadopsi pendekatan research-based (berbasis riset) ketimbang hanya mengandalkan intuisi, untuk menciptakan produk yang benar-benar menjawab kebutuhan pasar yang kian selektif.
"Properti dengan harga miliaran rupiah laris manis di pinggiran Jakarta. Ini menunjukkan kepercayaan kuat konsumen terhadap pengembang dan ekosistem kota mandiri yang telah matang," ujar Hendra kepada Kompas.com.
Serpong, dengan akses Tol Jakarta-Tangerang, Tol Serpong-Cinere, Tol Serpong-Balaraja, dan fasilitas lengkap seperti mal, rumah sakit, sekolah, serta lingkungan yang sudah mapan, telah memenuhi kriteria lokasi yang ideal.
Konsumen mencari "rumah sultan" yang tetap keren dan bergengsi, namun tidak merepotkan untuk diurus (low-maintenance). Mereka ingin kualitas premium, desain modern, dan tata ruang yang efisien.
Baca juga: Proyek MRT Lebak Bulus-Serpong Incar Pendanaan Swasta
Perkembangan infrastruktur yang luar biasa seperti Tol Serpong–Balaraja dan rencana penyambungan MRT East-West Line menjadi katalis utama, meningkatkan aksesibilitas dan nilai investasi di kawasan ini.
Hendra mengindikasikan pergeseran ini menuntut pengembang untuk tidak hanya menjual meter persegi, tetapi juga menjual kualitas, kepercayaan (trustworthy), dan gaya hidup.
Head of Marketing Summarecon Serpong Ferry Susanto (kiri), Executive Director of Summarecon Serpong Albert Luhur (tengah), dan General Manager Planning & Design of Summarecon Serpong Rachmat Taufik Hardi.Executive Director PT Summarecon Agung Tbk, Albert Luhur, menguatkan pandangan anomali ini melalui performa penjualan produk premium di Summarecon Serpong.
Pertumbuhan penjualan pada sembilan bulan tahun 2025 yang signifikan mencapai 80 lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, menunjukkan tingginya daya beli dan permintaan segmen middle to high-end.
Asal tahu saja, Summarecon Serpong berkontribusi 44 persen terhadap perolehan penjualan induk, PT Summarecon Agung Tbk, dengan nilai Rp 1,54 triliun.
Baca juga: Insentif PPN DTP Properti Dilanjutkan Tahun 2026, Masuk Program Paket Ekonomi
Inti dari strategi Summarecon Serpong adalah fokus pada end-user atau pengguna akhir yang sangat selektif dan memprioritaskan kualitas serta kepraktisan.
Strategi menempatkan atensi utama pada end user, ini dinilai sebagai langkah tepat. Hal ini mengingat, pasar mewah tidak sesnsitif terhadap harga.