Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kita Menguap? Ternyata Bukan karena Butuh Oksigen

Kompas.com - 28/10/2025, 20:46 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Menguap adalah perilaku yang sangat umum. Tidak hanya dilakukan manusia, tetapi juga hampir semua vertebrata—mulai dari orangutan, burung parkit, penguin, hingga buaya.

Meskipun kita melakukannya sejak kecil, namun pertanyaan mengapa kita menguap masih menjadi misteri, bahkan jadi perdebatan sengit di kalangan ilmuwan hingga saat ini.

Menguap sebelumnya diyakini sebagai tanda tubuh butuh lebih banyak oksigen.

Namun penelitian terbaru mengungkap manfaat menguap tidak ada hubungannya dengan pernapasan. Lalu apa?

Baca juga: Benarkah Menguap Itu Menular?

Mitos Oksigen Terbantahkan

Banyak orang percaya bahwa kita menguap untuk menarik lebih banyak oksigen ke dalam darah atau mengeluarkan kelebihan karbon dioksida.

Hipotesis ini telah diuji secara eksplisit dan terbukti salah.

Andrew Gallup, seorang profesor biologi perilaku di Johns Hopkins University, menjelaskan miskonsepsi umum ini.

“Ketika saya bertanya kepada audiens: ‘Menurut Anda, mengapa kita menguap?’, kebanyakan orang beranggapan bahwa itu ada hubungannya dengan pernapasan dan mungkin entah bagaimana meningkatkan oksigen dalam darah,” kata Andrew Gallup dikutip dari Guardian.

Ia melanjutkan, keyakinan tersebut muncul karena saat menguap, artinya kita menghirup udara lebih dalam.

"Namun, yang tidak disadari kebanyakan orang adalah bahwa hipotesis tersebut telah diuji secara eksplisit dan terbukti salah," kata Andrew.

Studi yang dilakukan pada tahun 1980-an memanipulasi kadar oksigen dan karbon dioksida yang dihirup relawan, dan hasilnya menunjukkan perubahan kadar gas tidak memengaruhi frekuensi menguap.

Selain itu, penderita gangguan fungsi paru-paru juga tidak menunjukkan perbedaan pola menguap, yang seharusnya terjadi jika menguap berhubungan dengan pernapasan.

Baca juga: Mengapa Seseorang Menguap Saat Merasa Lelah?

Ilustrasi anjing menguapShutterstock/Mariia Boiko Ilustrasi anjing menguap

Menguap: Mekanisme Pendingin Otak

Alih-alih berhubungan dengan pernapasan, Gallup dan timnya mulai meneliti gerakan motorik yang terlibat saat menguap: pembukaan rahang yang lebar disertai tarikan napas dalam, diikuti penutupan rahang dan hembusan napas cepat.

Mereka menduga gerakan ini memiliki konsekuensi peredaran darah yang terpusat pada tengkorak.

"Kami menilai, membuka rahang dengan lebar adalah peregangan yang terlokalisasi, serupa dengan meregangkan otot di area tubuh lainnya," kata Gallup.

Halaman:


Terkini Lainnya
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Mengapa Pria Lebih Tinggi Dibanding Wanita? Studi Jelaskan
Mengapa Pria Lebih Tinggi Dibanding Wanita? Studi Jelaskan
Oh Begitu
Studi Baru: Daging Olahan dan Minuman Manis Jadi Racun Terburuk bagi Otak
Studi Baru: Daging Olahan dan Minuman Manis Jadi Racun Terburuk bagi Otak
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau