Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Klaim Neanderthal Bisa Dihidupkan Lagi, Tapi...

Kompas.com - 28/10/2025, 11:16 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Lebih dari satu dekade setelah para ilmuwan berhasil memetakan genom Neanderthal, perdebatan baru muncul: mungkinkah manusia purba ini dihidupkan kembali dengan teknologi masa depan? Dan jika ya — apakah itu ide yang baik?

Pada tahun 2010, para ilmuwan menemukan bahwa Neanderthal pernah kawin silang dengan nenek moyang manusia modern sebelum akhirnya punah sekitar 30.000 tahun lalu. Akibatnya, sebagian manusia modern kini membawa hingga 4% DNA Neanderthal di tubuh mereka.

Penemuan ini membuka wawasan besar tentang sejarah evolusi manusia, tapi juga memunculkan pertanyaan menantang: apakah mungkin untuk mengembalikan Neanderthal ke dunia?

Profesor genetika dari Harvard, George Church, pernah mengatakan dalam wawancara dengan Der Spiegel (2013) bahwa secara teori hal itu bisa dilakukan. Menurutnya, dengan memotong dan menyusun ulang DNA Neanderthal ke dalam sel punca manusia, “kita dapat menciptakan klon Neanderthal.” Ia bahkan menyebut diperlukan seorang perempuan yang “sangat berani” untuk menjadi ibu pengganti.

Baca juga: Neanderthal: Siapa Mereka dan Seperti Apa Rupa Kerabat Manusia Ini?

Teknologi yang Semakin Maju

Perusahaan yang didirikan Church, Colossal Biosciences, telah membuat gebrakan besar di bidang de-extinction — upaya menghidupkan kembali spesies yang telah punah. Pada 2025, mereka berhasil mengkloning serigala purba (dire wolf), menciptakan “tikus berbulu wol”, dan berencana menghidupkan kembali burung dodo serta mamut berbulu.

Namun, menurut banyak pakar, menghidupkan kembali Neanderthal jauh lebih rumit daripada mengkloning hewan punah.

“Itu salah satu hal paling tidak etis yang bisa dibayangkan untuk dicoba — titik,” tegas Jennifer Raff, ahli antropologi biologi dari University of Kansas.

Baca juga: Hari-hari Terakhir Neanderthal: Misteri Kepunahan Kerabat Terdekat Manusia

Tantangan Genetik: Tidak Semudah Menukar DNA

Secara teknis, proses ini sangat sulit. “Kita tidak bisa begitu saja menaruh genom Neanderthal ke dalam sel telur manusia,” jelas Raff. Ada banyak hambatan, terutama soal ketidakcocokan sistem imun yang bisa menyebabkan janin ditolak oleh rahim manusia.

Meski manusia dan Neanderthal pernah kawin silang di masa lalu, kini DNA Neanderthal hanya tersisa sebagian kecil. “DNA lain mungkin tidak bermanfaat, sehingga tersingkir oleh seleksi alam,” tambah Raff.

Selain itu, Y-kromosom manusia modern tidak mengandung DNA Neanderthal, yang menandakan ada ketidaksesuaian biologis mendasar antara keduanya. Penelitian lain juga menunjukkan kemungkinan tingginya keguguran pada hibrida Neanderthal-manusia di masa lalu.

Baca juga: Satu Gen yang Beda dari Manusia Modern, Penyebab Neanderthal Punah?

CRISPR dan Harapan Baru Ilmu Genetika

Teknologi CRISPR memungkinkan penyuntingan gen dengan presisi tinggi. Dengan alat ini, ilmuwan bisa membuat sel manusia “lebih mirip” Neanderthal — tapi belum sepenuhnya sama.

Menurut Hank Greely, direktur Center for Law and the Biosciences di Stanford University, “Untuk benar-benar mengkloning Neanderthal, kita butuh sel hidup mereka, yang tentu tidak ada.” Namun ia menambahkan, dengan perkembangan teknologi seperti base editing — yang memungkinkan penggantian satu huruf DNA dengan tepat — hal ini mungkin terjadi dalam 20 tahun ke depan.

“Saya pikir dalam dua dekade mendatang, secara teknis mungkin untuk melahirkan bayi dengan genom Neanderthal sepenuhnya,” ujar Greely. “Tapi saya tidak percaya kita akan melakukannya — karena alasan etika dan hukum.”

Baca juga: Mengapa Manusia Bertahan, Sementara Neanderthal Punah?

Perbedaan rupa Neanderthal dengan manusia modern Perbedaan rupa Neanderthal dengan manusia modern

Etika: Apakah Kita Berhak Menghidupkan Mereka?

Bagi para ilmuwan, pertanyaan etis justru lebih penting daripada teknologinya.

“Menciptakan manusia lain tanpa persetujuan mereka adalah tindakan yang secara moral tidak bisa diterima,” kata Raff.

Halaman:


Terkini Lainnya
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau