YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa hari terakhir, media sosial, khususnya Instagram, menjadi sorotan karena banyak influencer dan masyarakat mengubah foto profil mereka dengan warna merah muda, biru, dan hijau.
Fenomena ini menarik perhatian para pakar, termasuk Fajar Junaedi, Pakar Ilmu Komunikasi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Fajar Junaedi menjelaskan bahwa warna kini memainkan peran penting sebagai identitas kolektif baik di ruang digital maupun dalam aksi massa.
Baca juga: Demo 3 September di DPR, Aliansi Perempuan Indonesia Kompak Gunakan Atribut Serba Pink
"Biru resistensi dapat ditelusuri dari visual peringatan darurat dengan latar biru tua dan garuda putih. Dalam banyak gerakan rakyat, biru kini digunakan sebagai simbol perlawanan sekaligus harapan. Di Indonesia, istilah Resistance Blue merepresentasikan identitas bagi mereka yang menyuarakan keadilan dan menentang ketidakadilan," ungkapnya dalam keterangan tertulis pada Kamis (4/9/2025).
Selain itu, muncul pula simbol Pink Berani atau Pink Brave, yang berawal dari viralnya foto seorang ibu rumah tangga yang mengenakan hijab pink dalam aksi demonstrasi.
"Warna pink yang semula identik dengan kelembutan dan stereotip gender, justru menjadi simbol kekuatan dan keberanian. Warganet bahkan menggunakan latar pink dalam foto profil sebagai bentuk solidaritas," tambahnya.
Peristiwa tragis yang menimpa seorang pengemudi ojek online (ojol) yang meninggal setelah terlindas kendaraan taktis melahirkan simbol Hijau Pahlawan (Hero Green).
Warna hijau kini dipandang sebagai representasi semangat dan pengorbanan seorang pahlawan.
"Ketiga warna ini—Resistance Blue, Brave Pink, dan Hero Green—membangun narasi visual yang kuat dalam kampanye digital. Generasi Z dan milenial secara sadar maupun karena FOMO menggunakannya sebagai identitas kolektif di dunia maya," jelas Fajar.
Fajar juga menyinggung hasil riset Håkan Johansson dan Gabriella Scaramuzzino yang dipublikasikan dalam New Media and Society (2022).
Baca juga: Kenapa Warganet Ramai-ramai Pasang Foto Bernuansa Pink dan Hijau?
Riset tersebut menunjukkan bagaimana media sosial memungkinkan gerakan netroots untuk memobilisasi sumber daya digital secara cepat dan melimpah.
Namun, ia menekankan bahwa kelimpahan ini menuntut konsistensi gerakan, layaknya burung Phoenix yang terus-menerus menemukan kembali bentuknya agar tetap relevan.
"Fenomena buzzer dan influencer justru menjadi antitesis dari gerakan warganet. Karena itu, pemaknaan simbol dan visual warna ini menunjukkan adanya daya resistensi organik yang tumbuh di masyarakat," pungkas Fajar.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini