Menurut King, Sigmon memilih regu tembak setelah merasa terjebak dalam posisi yang mustahil untuk menentukan cara kematiannya. "Jika kursi listrik akan membakar dan memasaknya hidup-hidup, tetapi alternatifnya sama mengerikannya," tuturnya.
King juga menekankan, memilih suntikan mematikan berisiko menyebabkan kematian yang berkepanjangan, seperti yang dialami oleh tiga orang yang dieksekusi di Carolina Selatan sejak September.
Eksekusi mati dengan regu tembak terakhir di Amerika Serikat terjadi di Utah pada 2010, sementara eksekusi di Carolina Selatan menjadi sorotan di tengah adanya perdebatan tentang hukuman mati.
Sejak Mahkamah Agung memberlakukan kembali hukuman mati pada 1976, sebagian besar eksekusi di AS dilakukan dengan suntikan mematikan.
Hingga saat ini, AS telah melaksanakan enam eksekusi pada 2025, setelah 25 eksekusi dilakukan pada tahun lalu.
Sebanyak 23 dari 50 negara bagian di AS telah menghapuskan hukuman mati, sementara tiga negara bagian lainnya, yaitu California, Oregon, dan Pennsylvania, memberlakukan moratorium.
Baca juga: 340 Pendukung Setia Assad Terbunuh oleh Pasukan Keamanan Suriah
Presiden AS, Donald Trump, merupakan pendukung hukuman mati dan menyerukan perluasan penerapan hukuman mati untuk kejahatan-kejahatan paling keji pada hari pertamanya menjabat.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini