Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pupuk Kaltim Genjot Konservasi Terumbu Karang dan Mangrove untuk Keanekaragaman Hayati Laut

Kompas.com - 26/05/2025, 17:59 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) melalui program konservasi terumbu karang dan konservasi tanaman mangrove berupaya memberikan kontribusi pada pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati. 

“Program konservasi ini dijalankan dengan berlandaskan komitmen kuat terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance, yang menjadi fondasi utama dalam setiap langkah operasional perusahaan," ungkap Direktur Utama Pupuk Kaltim, Budi Wahju Soesilo (22/5/2025).

"Terumbu karang dan mangrove merupakan ekosistem vital dalam kehidupan masyarakat Bontang, mengingat letak geografisnya yang berada di pesisir,” tambahnya.

Soesilo mengungkapkan hingga Mei 2025, program konservasi terumbu karang yang telah dijalankan Pupuk Kaltim sejak 2011 telah berhasil menurunkan total 8.683 unit terumbu karang atau setara 2.557 meter persegi luasan konservasi hingga Mei 2025.

Jumlah ini merupakan peningkatan dari tahun 2024, yaitu sekitar 6.882 unit terumbu karang.

Pupuk Kaltim juga terus meningkatkan upaya konservasi mangrove dari tahun ke tahun. Pada 2021, program ini berhasil mencatatkan penanaman bibit mangrove sebanyak 144.567 bibit.

Pada 2022, jumlah bibit yang ditanam meningkat menjadi 170.567 bibit dan pada 2023 jumahnya kembali meningkat menjadi 290.567 bibit.

Pada Mei 2025 ini, realisasi dari program konservasi mangrove telah mencapai 551.167 bibit di wilayah pesisir Kota Bontang dan sekitarnya atau setara dengan 18 hektar luasan konservasi mangrove.

“Kami melakukan konservasi terumbu karang dan mangrove sebagai salah satu aksi nyata penerapan ESG mengingat kelestarian terumbu karang dan mangrove amat penting untuk mendukung keberlangsungan spesies ikan dan makhluk laut lainnya," jelas Soesilo.

Baca juga: Cerita Terumbu Karang yang Mati Suri 3.000 Tahun dan Pulih Kembali

"Konservasi ini tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati, tetapi juga mendukung keberlanjutan mata pencaharian masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan pelaku wisata bahari, serta dapat mencegah abrasi,” tambahnya.

Menggunakan prinsip ekonomi sirkular

Pupuk Kaltim melalui program konservasi terumbu karang dan konservasi tanaman mangrove berupaya memberikan kontribusi pada pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati. DOK. PUPUK KALTIM Pupuk Kaltim melalui program konservasi terumbu karang dan konservasi tanaman mangrove berupaya memberikan kontribusi pada pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Soesilo menyampaikan, beberapa terumbu karang buatan yang diturunkan dalam program konservasi ini dibuat dengan prinsip ekonomi sirkular, memanfaatkan limbah pembakaran batubara.

Guna memastikan keberlanjutan upaya konservasi ini, Pupuk Kaltim juga menginisiasi pembentukan Center of Excellence (CoE) Terumbu Karang bersama Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Institut Pertanian Bogor (IPB).

Kolaborasi antara Pupuk Kaltim dengan IPB dalam konservasi terumbu karang meliputi program transplantasi terumbu, pembibitan melalui fasilitas coral nursery dan penyuluhan bagi masyarakat.

Soesilo mengatakan program konservasi Pupuk Kaltim turut melibatkan pegawai dan masyarakat sekitar. Pelibatan pegawai dilaksanakan melalui program Employee Volunteering Initiation (Evolution) dalam konservasi terumbu karang dan penanaman mangrove.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau