Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahan Panas, Sapi Merah Putih Peluang Baru di Tengah Krisis Iklim

Kompas.com - 02/09/2025, 13:31 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia resmi meluncurkan Sapi Merah Putih pada Jumat (29/8/2025). Hewan hasil rekayasa genetik ini digadang mampu jadi jawaban menghadapi krisis iklim.

Sapi Merah Putih dikembangkan dari seleksi gen-gen unggul sapi perah lokal, sehingga punya tubuh tinggi, tahan panas, sekaligus menghasilkan emisi metana lebih rendah.

"Jadi, kalau di rekayasa genetik, bukan copot tempel ya. Justru, ini kita deteksi. Mana gen yang tahan panas, ini di boost ya. Gen yang methane (CH4) -nya kurang, ya. Ini yang di boost," ujar Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Epi Taufik, dalam webinar Praktik Peternakan Berkelanjutan.

Epi menekankan, pemilihan ternak rendah metana menjadi kunci penting. Pasalnya, metana jauh lebih berbahaya daripada CO2.

Baca juga: Mahasiswa IPB Latih Petani Olah Limbah Ternak Jadi Pupuk Organik Cair

"Jadi, methane itu 58 kali dari CO2. Tetapi, (emisi gas rumah kaca dari) sapi ini siklusnya berbeda dengan yang lain. Apalagi, (dengan) CO2 yang dari pembakaran bahan bakar fosil," jelas Tim Pakar Badan Gizi Nasional (BGN) itu.

Menurut Epi, metana dari sapi memang hanya bertahan sekitar 10 tahun di atmosfer, sebelum berubah menjadi CO2 yang kemudian diserap kembali tumbuhan lewat fotosintesis. Itulah yang ia sebut sebagai siklus karbon biogenik.

"Beda dengan (emisi gas rumah kaca dari) bahan bakar fosil, numpuk terus," lanjutnya.

Meski begitu, dosen Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan IPB University, Windy Al Zahra, mengingatkan ada gas rumah kaca lain yang lebih berbahaya: nitrogen oksida (N2O).

"Metana yang dihasilkan sapi akan luruh di atmosfer selama 10-12 tahun. Namun, nitrogen oksida (N2O) tidak akan luruh sampai 121 tahun," jelas Windy.

Ia menambahkan, limbah ternak yang tak dikelola dengan baik bisa memicu produksi CH? sekaligus N2O.

"Kalau N2O itu lebih berbahaya lagi. 1 kg N2O itu setara dengan 298 kali CO2 yang kita produksi," ujar Windy.

Baca juga: Krisis Iklim Perburuk Kualitas Ternak, Rasa Susu dan Keju Berubah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau