JAKARTA, KOMPAS.com - Perjuangan pustakawan bernama Acbar Deni (35) dalam menyalakan lentera literasi anak bangsa di Indonesia tentu saja tidak mudah.
Kecintaannya pada buku dan dunia pendidikan membuat Deni terus berputar otak bagaimana literasi anak-anak di Indonesia bisa terus berkembang.
Perjuangannya sebagai penggiat literasi dimulai sejak tahun 2006, ketika pemuda asal Bugis tersebut masih duduk di bangku SMA.
Sejak dulu, kebutuhan buku Deni selalu dipenuhi keluarga. Mengingat almarhum kakeknya adalah seseorang yang juga menggilai buku.
"Zaman saya belum ada sekolah gratis, sedangkan buku-buku pelajaran saya selalu dipenuhi. Akhirnya, saya membuka perpustakaan kecil untuk teman-teman SMA saya, jadi kalau mau belajar kelompok di rumah saja, bukunya boleh dipakai," ujar Deni saat diwawancarai Kompas.com di Perpustakaan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (14/9/2025).
Baca juga: Mimpi yang Tak Padam di Tapal Batas: Cerita Anak-anak dan Literasi yang Menghidupkan Harapan
Seiring berjalannya waktu, buku-buku di rumah Deni terus bertambah.
Kemudian, kecintaannya pada dunia perpustakawan semakin bertambah berkat tetangganya.
Ketika itu, Deni melihat tetangganya sedang memarahi anaknya karena mendapat prestasi yang buruk di sekolah.
Bahkan, kata Deni, tetangganya menyebut buah hatinya itu tak bisa apa-apa dalam hal akademis.
Merasa iba, akhirnya Deni menawarkan diri untuk mengajari anak tersebut berbagai pelajaran di sekolah.
"Akhirnya, saya bilang itu bukan enggak bisa apa-apa, karena akses buku juga dia enggak punya. Akhirnya saya bilang, 'sini bu, saya ajarkan anaknya,'" ucap Deni.
Selama tiga bulan, Deni mengajarkan anak tersebut berbagai mata pelajaran yang ada di sekolahnya.
Baca juga: Bale Buku, Pos Kamling yang Disulap Jadi Perpustakaan Mini demi Cegah Anak Keranjingan HP
Lalu, Deni juga sering membantunya untuk mengerjakan PR dari sekolah. Sampai akhirnya, prestasi anak tersebut meningkat.
"Tiga bulan saya ajarkan, anak itu menunjukkan prestasi yang baik dan gurunya heran karena anaknya dari enggak bisa, jadi di atas rata-rata temannya," ucap Deni.
Akhirnya, anak tersebut cerita ke guru dan rekan-rekannya bahwa ia dibantu oleh Deni untuk berprestasi di sekolah.
Sampai akhirnya, semakin banyak anak yang mau belajar di rumah Deni.
"Dari situ, saya beranggapan bahwa adik-adik masih membutuhkan banyak, akhirnya saya membuka perpustakaan umum yang Sabtu dan Minggu anak-anak boleh datang bermain dan mengerjakan tugas, PR, baik dari prakarya sampai segalanya," ungkap Deni.
Kegiatan tersebut pun terus berlangsung hingga Deni lulus SMA dan menginjak dunia kuliah.