“Oracle of Omaha” ini telah menjalani hidup selama puluhan tahun dengan filosofi hemat secara sadar dan alokasi modal yang cerdas.
Pelajarannya tentang apa yang tidak perlu dibeli sama berharganya dengan nasihat investasinya—terutama bagi masyarakat kelas menengah yang berjuang membangun kekayaan di tengah biaya hidup yang terus meningkat.
Kenyataannya, banyak keluarga kelas menengah gagal bukan karena mereka tidak cukup berpenghasilan, tetapi karena mereka menghabiskan uang untuk hal-hal yang justru merusak masa depan finansial mereka. Kehidupan dan ajaran Buffett memberi peta jalan untuk keluar dari siklus itu.
Ia masih tinggal di rumah sederhana yang dibelinya puluhan tahun lalu di Omaha, mengendarai mobil biasa, dan menghindari kemewahan yang dianggap penting oleh orang-orang sekaya dirinya.
Pendekatannya bukan tentang menahan diri, tetapi tentang mengalokasikan uang pada hal-hal yang benar-benar membangun kekayaan jangka panjang, bukan status sementara.
Kehidupan Warren Buffett adalah pelajaran tentang kesederhanaan yang disiplin. Ia menghindari pengeluaran yang menurunkan nilai, menambah utang, atau hanya untuk memuaskan ego. Sebaliknya, ia memprioritaskan waktu, ketenangan, dan kepemilikan aset yang tumbuh nilainya.
Bagi kelas menengah, mengikuti filosofi Buffett bukan berarti hidup pelit, melainkan hidup dengan tujuan. Biarkan uang Anda bekerja untuk masa depan, bukan untuk kesenangan sesaat.
Jalan menuju kekayaan bukan sekadar menghasilkan lebih banyak uang, melainkan menghentikan kebiasaan finansial yang merugikan dan mengarahkan uang pada hal-hal yang benar-benar menciptakan kebebasan dan keamanan jangka panjang.
1. Mobil Baru yang Langsung Turun Nilainya
Buffett dikenal selalu mengendarai mobil sederhana selama puluhan tahun. Ia pernah berkata, ia hanya butuh “mobil yang bisa membawanya ke tempat tujuan.” Bukan karena ia tidak mampu membeli mobil mewah, tetapi karena ia paham biaya peluang.
Ketika membeli mobil baru, nilainya langsung turun begitu keluar dari dealer. Penurunan nilai itu adalah uang nyata yang seharusnya bisa diinvestasikan dan berkembang menjadi kekayaan masa depan.
Pesan Buffett jelas: kecuali Anda benar-benar mampu tanpa terganggu oleh depresiasi, hindari pembelian mobil berdasarkan emosi atau status. Pilih mobil bekas berkualitas yang nilainya stabil agar modal bisa dialihkan ke investasi yang bernilai tumbuh.
2. Utang Kartu Kredit dan Pembelian Berbunga Tinggi
Buffett pernah menyebut utang kartu kredit sebagai “bencana finansial.” Ia selalu menasihati mahasiswa untuk segera melunasinya karena itu adalah “investasi terbaik” yang bisa dilakukan.
Jika bunga kartu kredit mencapai 18 persen, berarti Anda menjamin diri sendiri rugi. Sementara pasar saham dalam jangka panjang justru memberikan hasil positif.
Masalahnya bukan hanya bunganya, tapi pola pikirnya. Banyak keluarga kelas menengah memakai kartu kredit untuk membiayai gaya hidup, bukan aset. Mereka membeli pakaian, gadget, dan makan di luar dengan uang pinjaman yang berbunga tinggi.
Setiap rupiah untuk bunga adalah rupiah yang tidak diinvestasikan untuk masa depan. Orang kaya memahami hal ini, sementara kelas menengah sering menganggap utang konsumtif sebagai hal normal.
3. Rumah Mewah Melebihi Kebutuhan
Buffett masih tinggal di rumah yang dibelinya tahun 1958 seharga 31.500 dolar AS. Ia tidak tertarik membeli rumah megah, padahal mampu. Alasannya sederhana: membeli rumah terlalu besar mengikat modal yang seharusnya bisa menghasilkan keuntungan di tempat lain.
Banyak orang kelas menengah memaksakan diri membeli rumah di batas maksimal pinjaman bank, lalu terjebak cicilan panjang, biaya perawatan, pajak, dan asuransi.
Menurut Buffett, rumah adalah tempat tinggal, bukan simbol status. Ukuran keberhasilan sejati adalah kebebasan finansial, bukan luas rumah.
4. Barang Mewah dan Simbol Status
Buffett tidak tertarik dengan barang-barang prestise seperti jam tangan mahal, tas desainer, kapal pesiar, atau mobil sport. Ia pernah berkata, “Uang tidak bisa membeli kebahagiaan.”
Budaya konsumtif membuat banyak orang kelas menengah berusaha terlihat kaya daripada benar-benar kaya. Setiap rupiah untuk pamer status adalah kehilangan peluang menumbuhkan kekayaan.
Orang kaya membeli aset yang menghasilkan pendapatan, sementara kelas menengah membeli barang yang nilainya turun dan butuh biaya tambahan untuk dipelihara.
5. Skema Cepat Kaya dan Investasi Spekulatif
Buffett berkali-kali memperingatkan bahaya spekulasi—dari saham berisiko tinggi hingga kripto yang tak jelas nilainya. Ia menyebutnya “cara memindahkan uang dari orang yang tidak sabar ke orang yang sabar.”
Alih-alih mengejar keuntungan cepat, Buffett menekankan pentingnya investasi jangka panjang pada bisnis berkualitas. Kesabaran dan disiplin adalah pembeda antara pembangun kekayaan sejati dan mereka yang kehilangan segalanya.
Banyak orang kelas menengah tergoda mencari jalan pintas untuk kaya, padahal justru kehilangan uang karena tidak sabar. Buffett percaya: kekayaan dibangun dengan waktu, bukan keberuntungan.
https://money.kompas.com/read/2025/10/30/110800826/5-hal-yang-harus-dihentikan-kelas-menengah-jika-ingin-kaya-menurut-warren