Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Steph Subanidja
Dosen

Guru Besar Ilmu Manajemen, Dosen Program Studi Doktor Manajemen Berkelanjutan, Dekan Sekolah Pascasarjana, Institut Perbanas

Burden Sharing: Penopang Ekonomi atau Bom Waktu?

Kompas.com - 06/09/2025, 06:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANK Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan RI (Kemenkeu) kembali menegaskan sinerginya melalui kesepakatan burden sharing untuk membiayai program-program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Skema ini diwujudkan dengan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) oleh BI.

Hingga awal September 2025, Gubernur BI Perry Warjiyo melaporkan bahwa Bank Sentral telah membeli SBN senilai Rp 200 triliun di pasar sekunder.

Padahal, rencana awal pembelian SBN sepanjang tahun ini hanya sebesar Rp 150 triliun—baik di pasar sekunder maupun primer.

Artinya, realisasi pembelian SBN oleh BI sudah melampaui rencana awal, menandakan adanya dorongan kuat untuk menopang kebutuhan fiskal negara.

Langkah ini tentu memberikan ruang bagi pembiayaan program pemerintah, tetapi di saat yang sama, risiko utang dan stabilitas moneter juga mengintai.

Baca juga: RAPBN 2026: Bahaya Pajak yang Ekspansif Saat Ketimpangan Terjadi

Pertanyaannya, apakah burden sharing kali ini benar-benar menjadi penopang ekonomi, atau justru sebuah bom waktu bagi stabilitas keuangan nasional?”

Jejak "burden sharing" di Indonesia

Burden sharing bukan kebijakan baru dalam sejarah ekonomi Indonesia. Pada masa pandemi COVID-19 tahun 2020–2022, pemerintah dan BI menyepakati skema ini untuk menutup lonjakan defisit APBN yang sempat mencapai 6,14 persen terhadap PDB (Kemenkeu, 2021).

Melalui skema tersebut, BI menanggung pembelian SBN senilai Rp 397,56 triliun, dengan pembagian beban bunga: BI menanggung penuh bunga SBN untuk pembiayaan kesehatan dan perlindungan sosial, sementara untuk pembiayaan UMKM bunga ditanggung bersama pemerintah.

Hasilnya cukup signifikan. Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dapat direalisasikan hingga Rp 744,77 triliun, menopang konsumsi rumah tangga yang tetap tumbuh positif di tengah krisis (BPS, 2021).

Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu pulih dari kontraksi -2,07 persen di 2020 menjadi 3,7 persen pada 2021, dan 5,3 persen di 2022 (World Bank, 2023).

Namun, setelah pandemi mereda, pemerintah menegaskan penghentian skema ini agar independensi BI tetap terjaga dan fiskal kembali pada jalur normal.

Manfaat utama burden sharing tampak pada perannya sebagai penopang ekonomi di masa sulit, menjaga konsumsi rumah tangga, melindungi UMKM, dan menopang pertumbuhan.

Baca juga: Krisis “Legitimasi” Demokrasi dan Ketimpangan Ekonomi

Data Kemenkeu (2022) mencatat realisasi belanja penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN) mencapai Rp 744,77 triliun, sebagian besar ditopang dari skema ini.

Dari sisi masyarakat, bantuan tersebut menjaga konsumsi rumah tangga, yang terbukti menyumbang 54,42 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia (BPS, 2022).

Halaman:


Terkini Lainnya
BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen, Cek Syarat dan Posisinya
BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen, Cek Syarat dan Posisinya
Karier
Wujudkan Swasembada Pangan, Harfia Gelar Temu Tani dan Pelatihan Traktor HTR-855 di Palangkaraya
Wujudkan Swasembada Pangan, Harfia Gelar Temu Tani dan Pelatihan Traktor HTR-855 di Palangkaraya
Ekbis
Gandeng Naoyoshi, Lovina Beach Brewery (STRK) Bakal Masuk ke Pasar Jepang
Gandeng Naoyoshi, Lovina Beach Brewery (STRK) Bakal Masuk ke Pasar Jepang
Ekbis
70 Persen Alkes Masih Impor, Indonesia Genjot Produksi Dalam Negeri
70 Persen Alkes Masih Impor, Indonesia Genjot Produksi Dalam Negeri
Ekbis
Wamendag Sebut Implementasi Perjanjian IC-CEPA Bikin Nilai Perdagangan dengan Cille Naik
Wamendag Sebut Implementasi Perjanjian IC-CEPA Bikin Nilai Perdagangan dengan Cille Naik
Ekbis
Sarana Menara Nusantara (TOWR) Bongkar Strategi Genjot Pendapatan
Sarana Menara Nusantara (TOWR) Bongkar Strategi Genjot Pendapatan
Industri
RI Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi: Bisa Dipakai Bayi, Harga Mulai Rp 300 Juta
RI Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi: Bisa Dipakai Bayi, Harga Mulai Rp 300 Juta
Industri
Ekspor China ke AS Anjlok 33 Persen, Pertumbuhan Perdagangan Melambat
Ekspor China ke AS Anjlok 33 Persen, Pertumbuhan Perdagangan Melambat
Ekbis
Jangan Tertipu! OJK Tegaskan Pemutihan Pinjaman Online Hoaks
Jangan Tertipu! OJK Tegaskan Pemutihan Pinjaman Online Hoaks
Ekbis
Tekan Impor, RI Kini Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi Sendiri
Tekan Impor, RI Kini Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi Sendiri
Industri
Ternyata Ini 6 Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Menabung Menurut Pakar
Ternyata Ini 6 Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Menabung Menurut Pakar
Keuangan
Kata KCI Soal KRL Sempat Tertahan di Stasiun Jatinegara dan Manggarai pada Minggu Malam
Kata KCI Soal KRL Sempat Tertahan di Stasiun Jatinegara dan Manggarai pada Minggu Malam
Ekbis
Prediksi Harga iPhone 17 Pro Max, Air, dan Seri Lainnya
Prediksi Harga iPhone 17 Pro Max, Air, dan Seri Lainnya
Belanja
Mengoreksi Budidaya, Menopang Ekstensifikasi, Mengejar Swasembada Gula
Mengoreksi Budidaya, Menopang Ekstensifikasi, Mengejar Swasembada Gula
Ekbis
Pertumbuhan Ekonomi Jepang 2,2 Persen, tapi Ekspor Turun
Pertumbuhan Ekonomi Jepang 2,2 Persen, tapi Ekspor Turun
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau