JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengingatkan dunia industri untuk tidak menunda penerapan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Menurutnya, era digital saat ini tidak memberi ruang bagi yang lambat beradaptasi. Sebanyak 66 persen Chief Information Officer (CIO) di berbagai perusahaan menyampaikan kekhawatiran akan tertinggal dari competitor apabila mereka tidak segera mengimplementasikan AI dalam perusahaan masing-masing.
“Kondisi ini tentu menggambarkan urgensi yang tinggi untuk bergerak cepat dan melakukan langkah strategis yang terukur yang bisa dibantu melalui AI,” ujar Agus di acara Kumparan AI For Indonesia di Jakarta, Kamis (23/10/2025).
“Keterlambatan penerapan AI tidak hanya berdampak pada aspek teknologi saja, tapi juga akan berpengaruh terhadap keberlanjutan bisnis produktivitas tenaga kerja dan posisi kompetitif di pasar global,” paparnya.
Baca juga: Defisit 3 Juta Talenta AI, Indonesia Masih Tertinggal dalam Kompetisi Global
Menurutnya, penerapan AI harus ditempatkan sebagai keputusan strategis bagi pelaku industri, khususnya di sektor manufaktur. Teknologi ini mampu memperkuat daya saing sekaligus memastikan keberlanjutan usaha di tengah persaingan global yang semakin ketat.
Mengutip hasil benchmarking atau studi percontohan dari lembaga konsultan global seperti McKinsey, Boston Consulting Group, dan Microsoft, implementasi AI telah memberikan manfaat besar bagi dunia usaha. Dalam model bisnis business to consumer (B2C), penggunaan AI bisa meningkatkan penjualan sebesar 3-5 persen.
Sementara dalam model business to business (B2B), AI dapat mendongkrak produktivitas antara 5-19 persen. Selain itu, AI juga membawa dampak besar dalam peningkatan layanan pelanggan.
Teknologi seperti chatbot dan AI-based call center mampu menurunkan tingkat kehilangan pelanggan hingga 10 persen. AI juga dapat menghemat biaya operasional dan investasi (OPEX dan CAPEX) antara 15-20 persen, serta mempercepat waktu peluncuran produk (time to market) hingga 30 persen.
Khusus di sektor manufaktur, lanjut Agus, AI memiliki peran vital dalam penerapan predictive maintenance untuk mencegah kerusakan mesin, optimalisasi rantai pasok, pengendalian kualitas, serta memperkuat otomasi dan sistem robotik di pabrik-pabrik.
Baca juga: Menperin: 29 Perusahaan Buktikan Teknologi AI Bikin Pabrik Lebih Efisien dan Kompetitif
Tak hanya itu, penerapan AI juga membawa perubahan besar pada kualitas layanan pelanggan melalui sistem personalisasi produk dan pengalaman belanja yang lebih customized.
“Manfaat yang kelima dalam rantai pasok AI, AI berperan penting dalam pengelolaan logistik dan juga distribusi yaitu dalam memprediksi permintaan management risiko operasional, serta mengoptimalkan persediaan dan perencanaan kebutuhan bahan baku dari pelaku industri,“ paparnya.
Agus menegaskan bahwa seluruh manfaat tersebut menjadi bukti kuat bahwa AI bukan lagi tren sesaat, melainkan pondasi utama bagi masa depan industri.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang