KOMPAS.com — Tak sedikit orang yang berupaya hidup hemat demi kondisi finansial lebih baik. Namun, beberapa kebiasaan yang terlihat cerdas justru diam-diam membuat uang terkuras tanpa disadari.
Bayangkan, Anda rela menempuh perjalanan tiga jam ke empat toko hanya untuk menghemat Rp 180.000, padahal bensin yang terpakai sudah Rp 200.000. Sekilas terasa masuk akal, tapi hitungan realistis menunjukkan Anda rugi waktu dan uang.
Otak manusia sering kali keliru menilai nilai uang. Kita bisa berdebat untuk potongan Rp 10.000, tapi tenang saja saat mengambil keputusan besar seperti membeli mobil ratusan juta rupiah.
Baca juga: 9 Tips Hemat Kelas Menengah, dari Batasi Langganan hingga Kurangi Ngopi
Dikutip dari New Trader U, berikut lima kebiasaan hemat yang sebenarnya bisa membuat keuangan bocor.
Membandingkan harga di beberapa toko atau mengisi bensin di SPBU lebih murah memang tampak bijak. Namun, biaya perjalanan dan waktu yang terbuang sering kali lebih besar dari potongan yang didapat.
Misalnya, dua jam waktu dan Rp 50.000 untuk bensin habis hanya demi potongan Rp 40.000. Hasilnya, bukan hemat, tapi rugi.
Untuk lebih efisien, buat batas waktu: jangan habiskan lebih dari 15 menit untuk menghemat Rp 100.000. Pilih satu toko utama untuk belanja mingguan agar waktu dan tenaga tidak terbuang.
Barang gratis selalu menggoda. Namun, membeli sesuatu hanya karena diskonnya besar tetap saja pemborosan. Banyak orang terjebak dalam euforia kupon hingga menimbun barang yang tidak dibutuhkan.
Bukan hanya uang, waktu dan ruang di rumah pun ikut terbuang. Beberapa orang bahkan bisa menghabiskan hingga 20 jam per minggu hanya untuk mencari dan memakai kupon, padahal waktu sebanyak itu bisa digunakan untuk hal yang lebih produktif.
Baca juga: Tips Hemat Ongkos Transportasi di Jabodetabek Menurut Financial Planner
Menunda servis kendaraan, mengganti oli, atau memperbaiki atap rumah sering dianggap langkah menghemat. Padahal, menunda justru bisa memicu biaya lebih besar di kemudian hari.
Kerusakan kecil di atap, misalnya, dapat berubah menjadi kebocoran besar yang merusak plafon.
Ahli keuangan menyarankan agar 2–6 persen pendapatan disisihkan untuk perawatan rutin. Anggap saja sebagai asuransi agar keuangan tidak terguncang oleh biaya besar mendadak.
Video tutorial di internet kerap membuat pekerjaan rumah atau perbaikan kendaraan terlihat mudah. Karena ingin berhemat, banyak orang mencoba memperbaiki sendiri berbagai hal.
Namun, tanpa keahlian yang memadai, hasilnya bisa berantakan dan menambah biaya perbaikan. Mengganti oli sendiri mungkin menghemat sedikit, tapi juga memakan waktu, mengotori pakaian, bahkan berisiko jika salah langkah.
Lakukan DIY (do it yourself) hanya jika memahami betul caranya dan risikonya kecil. Untuk pekerjaan rumit, memanggil profesional justru lebih efisien dan aman.
Baca juga: Tips Hemat Berwisata ke Ragunan Saat Libur Lebaran