JAKARTA, KOMPAS.com - PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) membukukan rugi bersih konsolidasi 128 juta dollar AS hingga kuartal III 2025, di tengah proses transformasi menuju bisnis energi berkelanjutan dan target keluar sepenuhnya dari batu bara pada 2030.
Meski rugi, TOBA mencatat adjusted EBITDA positif sebesar 31,84 juta dollar, serta posisi kas yang melonjak 31 persen menjadi 89 juta dollar AS dibandingkan akhir 2024.
Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina, menjelaskan kerugian bukan berasal dari operasional, melainkan rugi nonkas akibat divestasi dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), serta biaya akuisisi bisnis hijau yang bersifat satu kali.
Baca juga: TBS Energy Utama (TOBA) Perluas Bisnis Pengelolaan Limbah Usai Akuisisi Sembcorp Environment
PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengumumkan divestasi dua aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas total 200 MW. "Di luar dampak satu kali transaksi dan bisnis pertambangan batu bara, perseroan mencatat keuntungan di 1,8 juta dollar AS, mencerminkan kinerja positif bisnis-bisnis baru perseroan yang mendukung keyakinan manajemen akan arah transformasi," ujar Juli dalam paparan kinerja kuartal III-2025, Selasa (28/10/2025).
Rugi nonkas terbesar berasal dari penjualan PLTU Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan Gorontalo Listrik Perdana (GLP) senilai 96,9 juta dollar.
Berdasarkan ketentuan PSAK untuk proyek Independent Power Producer (IPP) dengan skema Build-Own-Operate-Transfer (BOOT), nilai aset PLTU mencakup pendapatan masa depan yang belum terealisasi. Ketika aset dijual, bagian pendapatan tersebut otomatis dihapus dan tercatat sebagai rugi akuntansi.
Hingga September 2025, bisnis pengelolaan limbah menjadi tulang punggung utama, menghasilkan pendapatan 111,92 juta dollar AS atau 39 persen dari total pendapatan konsolidasian, dan berkontribusi 88 persen terhadap adjusted EBITDA.
Baca juga: Pendapatan Proyek Energi Hijau Melonjak 440 Persen, TOBA Makin PeDe Transformasi Bisnis