JAKARTA, KOMPAS.com - PT TBS Energy Utama Tbk (TOBA) akan terus fokus untuk melanjutkan pengembangan sektor limbah melalui PT Arah Enviromental Indonesia (ARAH).
Selain itu, TOBA juga baru telah melakukan akuisisi terhadap perusaha asal Singapura bernama Sembcorp Environment Pte. Ltd. dan Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd untuk menggarap sektor limbah tersebut.
SVP Corporate Strategy & Investor Relations Nafi A. Sentausa menjelaskan, sektor sampah masih memiliki banyak peluang.
"Dari segi opportunity-nya, dari segi pasarnya masih sangat besar baik untuk sampah medis maupun untuk sampah industri," kata dia dalam Publix Expose, Jumat (12/9/2025).
Baca juga: Pendapatan Proyek Energi Hijau Melonjak 440 Persen, TOBA Makin PeDe Transformasi Bisnis
Ia menjelasan, Arah Enviromental saat ini juga tenagah fokus pada sektor sampah industri.
Nafi menjelaskan, sebelum TOBA mengakuisisi Sembcorp, pihaknya telah memulai bisnis pengelolaan sampah di Indonesia.
"Kami operati sekitar 50 truk volume sampak per tahun itu sudah sekitar 10.000 ton. Jadi memang kami sudah masuk dulu ke Indonesia baru kami akuisisi Sembcorp Enviromental," imbuh dia.
Segmen pengelolaan limbah mencatat pendapatan 59,6 juta dollar AS dengan EBITDA 10 juta dollar AS, setara margin 17 persen.
Kinerja ini menandai kontribusi awal yang kuat dari pilar baru TBS.
Melalui akuisisi Sembcorp Environment Pte. Ltd. dan Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd., TBS kini memperluas kapabilitas pengolahan limbah skala regional, sekaligus memperkuat posisinya dalam ekonomi sirkular Asia Tenggara.
Baca juga: Dari Batu Bara ke EBT & ESG, Begini Kinerja TBS Energi Utama (TOBA) Semester I 2025
Sebagai informasi, TOBA secara bertahap telah melakukan transisi pada sektor yang lebih berkelanjutan melalui tiga pilar bisni hijau seperti pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.
TOBA mencatat, pendapatan konsolidasian semester I 2025 sebesar 172,2 juta dollar AS, seiring dengan penurunan kontribusi batubara.
Volume penjualan batubara turun dari 1,7 juta ton menjadi 0,7 juta ton, sementara harga rata-rata juga melemah dari 83 dollar AS perse ton menjadi USD 52,9 dollar AS perse ton, sejalan dengan pergerakan indeks batubara global yang terus melandai sejak tahun lalu.
Segmen batubara mencatatkan 91,6 juta dollar AS atau 53 persen dari total pendapatan, turun dari 82 persen tahun lalu.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarangArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya