Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
R Graal Taliawo
Pegiat Politik Gagasan

Doktor Ilmu Politik dari Universitas Indonesia. Anggota DPD-RI Terpilih 2024-2029 Dapil Maluku Utara

 

Hilirisasi Sektor Hijau dan Biru Berbasis Komunitas Warga

Kompas.com - 31/10/2025, 13:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA dibuat gempar dengan Maluku Utara belakangan ini dalam banyak hal. Misalnya, angka pertumbuhan ekonomi (triwulan II) 2025 yang fantastis.

Bukan main-main, berdasarkan data BPS, Maluku Utara adalah provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Indonesia—skornya mencapai 32,09 persen.

Pertanyaannya, apakah angka (kuantitatif) yang tinggi ini linier dengan kualitas hidup masyarakat Maluku Utara yang mayoritas adalah petani/pekebun dan nelayan?

Pertumbuhan tinggi bukan untuk warga

Jika dicermati kritis, ini bukan kabar yang sepenuhnya baik. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi tinggi bukan karena ekonomi hijau dan ekonomi biru. Bukan pula mayoritas masyarakat yang menikmati manisnya.

Sektor penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar—yang merupakan indikator pertumbuhan ekonomi—adalah pertambangan (60,57 persen) dan industri pengolahannya (57,51 persen).

Sektor-sektor ini sejak lama ada di Maluku Utara dan memang sebagai pendongkrak angka pertumbuhan ekonomi.

Berkarakteristik investasi besar dan teknologi canggih, bisa dinalar dengan mudah siapa yang menikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini.

Masyarakat lebih terbeban atas kerusakan ekologis yang sedang berlangsung dan akan terus berlangsung sampai di masa mendatang (baca lengkapnya: Perairan Halmahera Tercemar Logam Berat, Kompas.id, 07/11/2023).

Pertumbuhan ekonomi tidak bisa sebatas mengandalkan sektor pertambangan dan industri pengolahannya.

Ekonomi sehat harus bertumpu pada sumber daya alam berkelanjutan. Pun, tak cukup sekadar mengejar tumbuh tinggi, ekonomi harus fokus pada pertumbuhan merata, tidak timpang.

Untuk menuju pada target itu, pertumbuhan ekonomi harus menyentuh aspek mayoritas masyarakat kita.

Baca juga: Menyorot Kebijakan Tarif Jalan Tol

Bangun Maluku Utara berarti bangun petani/pekebun dan nelayannya. Dari total sekitar 1,3 juta penduduk Maluku Utara, petani mencapai 153.790 orang (Kompas.id, 2023) dan nelayan mencapai 42.908 orang (2024).

Sayangnya, PDRB sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan jalan di tempat. Kontribusinya cukup di angka 2,58 persen. Pertanda selama ini sektor ekonomi hijau dan ekonomi biru belum disentuh dan dimanfaatkan optimal.

Sejak dulu budaya masyarakat kita adalah berkebun dan melaut. Maluku Utara diberi potensi melimpah atas sumber daya alam berkelanjutan ini.

Tanah Maluku Utara kaya akan kelapa, pala, cengkih. Pada 2023, jumlah produksi kelapa mencapai 200.086 ton, pala 8.338 ton, dan cengkih 4.656 ton (BPS Maluku Utara).

Halaman:


Terkini Lainnya
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Keuangan
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Ekbis
Benarkah Hino Milik Toyota?
Benarkah Hino Milik Toyota?
Ekbis
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Ekbis
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Ekbis
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau