JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyindir sebagian warganet yang meragukan kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) dalam menurunkan harga pupuk subsidi.
Ia mengaku heran karena ada yang tidak percaya ketika pemerintah bekerja keras menurunkan harga, tetapi langsung percaya saat harga naik.
“Kita fokus sekarang ini pada HET. Bayangkan, netizen bilang ‘aku tidak percaya pupuk turun’, padahal kita sudah kerja keras siang malam, banting tulang. Tapi kalau harga naik, langsung percaya,” ujar Amran saat konferensi pers di Gedung Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Jumat (31/10/2025).
Baca juga: Perangi Mafia Pupuk, Mentan Amran Akui Diserang secara Pribadi: Negara Tak Boleh Kalah
Ia juga menyoroti sikap sebagian warganet yang meragukan target swasembada pangan yang tengah dikejar pemerintah.
Masih banyak pihak yang ragu ketika pemerintah berupaya meningkatkan produksi dalam negeri, tetapi mudah percaya jika muncul isu impor.
Menurutnya, pola pikir seperti itu harus diubah karena bisa menggerus kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Ia menegaskan pentingnya menjaga reputasi pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang tengah berupaya memperkuat sektor pertanian dan peternakan nasional.
“Ini soal menjaga reputasi pemerintah di bawah pimpinan Pak Prabowo. Kita harus tegas, harus bertindak cepat, karena kita harus menjaga petani dan peternak kita, 160 juta orang yang bergantung pada sektor pertanian,” ucap Amran.
Lebih jauh, Amran juga mengaku mendapat serangan pribadi dari pihak-pihak yang terganggu oleh kebijakan memberantas praktik mafia pupuk di sektor pertanian di Tanah Air.
Meski begitu, ia memastikan tidak akan mundur sedikit pun dan melanjutkan perang melawan mafia yang selama ini merugikan petani.
Setelah pemerintah menindak tegas para pelanggar, banyak pihak yang berusaha menghubunginya untuk meminta keringanan atau pengampunan.
Namun, Amran menyebut tidak memberi ampun kepada siapa pun yang terbukti menzalimi petani.
Menurutnya, sudah terlalu lama petani dirugikan oleh praktik mafia pupuk yang bermain di balik kebijakan dan distribusi.
Bahkan, ia mengaku ada pihak-pihak yang menyerangnya secara pribadi sebagai bentuk tekanan agar kebijakan tegas itu dilunakkan.
“Bahwa banyak yang hubungi kami, permintaan ‘bisa nggak diampuni?’, enggak enggak, sudah berapa lama zolimi petani. Bahkan menggunakan orang menyerang kami secara pribadi. Enggak, enggak ini harus kita lawan, ini tidak boleh diberi kesempatan oke,” katanya.