JAKARTA, KOMPAS.com – Produsen farmasi pelat merah, PT Bio Farma (Persero), berpotensi mendapatkan dukungan pendanaan dari organisasi internasional Pan American Health Organization (PAHO).
Organisasi tersebut saat ini mendorong skema pembiayaan inovatif untuk memperkuat produksi dan distribusi vaksin di negara berkembang.
Bio Farma mencatat bahwa salah satu fokus PAHO adalah memberikan insentif bagi produsen farmasi regional agar dapat menjalin perjanjian pengadaan bersama.
Baca juga: Mengintip Peluang Indonesia Kembali Pimpin Industri Vaksin Negara Berkembang
Ilustrasi vaksin. Langkah itu untuk mempercepat kebutuhan vaksin, sekaligus meningkatkan efisiensi distribusi di kawasan global selatan.
Potensi dukungan pendanaan tersebut juga mendapat perhatian dari Direktur Manajemen dan Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Agusdini Banun Saptaningsih.
Menurutnya, Indonesia telah menerapkan prinsip serupa dalam pengadaan vaksin nasional dan kini siap memanfaatkan peluang pembiayaan global.
Hal ini disampaikan Agusdini dalam forum 26th Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN) Annual General Meeting (AGM) yang digelar di Bali. Di mana kerja sama dengan lembaga global seperti PAHO, UNICEF, dan GAVI sangat penting untuk memperkuat ketahanan vaksin nasional.
Baca juga: Mendag Minta Eksportir Ekspansi, Bio Farma Siap Perluas Ekspor Vaksin dan Bioteknologi
"Indonesia telah menerapkan prinsip serupa dalam pengadaan bersama di setiap program kesehatan nasional,” ujar Agusdini lewat keterangan pers Bio Farma, Minggu (2/11/2025).
Terkait hal itu, Kemenkes melakukan pengadaan vaksin terpusat yang bekerja sama dengan divisi pasokan UNICEF, demi memastikan stabilitas pasokan nasional dan daya saing harga.
Lalu, kontrak multi-pemasok dan mekanisme e-katalog merupakan bentuk kontrak kelompok. Hal ini yang memungkinkan produsen vaksin nasional, seperti Bio Farma dan produsen vaksin lainnya dapat berpartisipasi.