KULON PROGO, KOMPAS.com – Perjalanan hidup pasangan suami istri Supriyono (59) dan Murjiyah (57) menunjukkan bahwa usaha tak pernah mengkhianati hasil.
Berawal dari penerima bantuan pemerintah, kini mereka mandiri secara ekonomi berkat bertani pepaya dan beternak kambing di Kalurahan Banjararum, Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mereka membuktikan bahwa hasil dari pertanian bisa memberi harapan baru.
Pasutri ini kini meraup penghasilan antara Rp 300.000 hingga Rp 500.000 per pekan dari penjualan pepaya.
“Ya kemarin itu (bahkan) satu tahun yang lalu itu setahun dapat (penghasilan Rupiah) 10 juta,” kata Murjiyah di ujung telepon, Selasa (22/7/2025).
Baca juga: Kasus Guru Madin Demak Ahmad Zuhdi Berakhir Damai, Polres Sayangkan Sesuatu
Keberhasilan itu membuat mereka berani mengundurkan diri dari Program Keluarga Harapan (PKH).
Awalnya, Supriyono hanya bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan Rp 100.000 per hari, itupun jika ada pekerjaan.
Murjiyah adalah ibu rumah tangga penuh waktu. Dengan tiga anak yang perlu dibiayai, mereka sempat menjadi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH.
Bantuan pemerintah yang mereka terima berupa uang tunai, sangat membantu kebutuhan pendidikan anak-anak serta akses layanan kesehatan dan sosial.
Kini dua anak mereka sudah mandiri, dan satu masih duduk di bangku SMA kelas 10.
“Hanya satu yang masih sekolah, sekarang SMA (kelas 10),” jelas Murjiyah.
Seiring waktu, mereka bangkit. Murjiyah menjadi petani pepaya. Supriyono tetap bekerja di kota sebagai buruh bangunan, namun turut membantu mengelola kebun setelah pulang kerja.
Mereka menyewa tanah kas desa seluas 2.000 meter persegi dan mulai menanam pepaya sejak tiga tahun lalu. Panen mereka bisa mencapai 3–5 kuintal per minggu.
“Kami menyiram tanaman pagi dan sore. Bapak kerja di Gamping, sore pulang jam 16.00,” tambah Murjiyah.
Pendamping KPM Banjararum, Asih Riyani, menyatakan keluarga Murjiyah menjadi contoh sukses setelah ikut Program Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PPSE).