MAGELANG, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan bahwa studi kelayakan untuk pembangunan jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang akan diperluas hingga Surabaya masih dalam tahap pengkajian.
"Karena ini proyek yang besar, kami harus benar-benar komprehensif. Perencanaannya melibatkan banyak pihak," kata AHY usai menjadi pemateri dalam retret Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, pada Sabtu (9/8/2025).
Baca juga: Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Eri Cahyadi: Transportasi Jadi Banyak Pilihan
AHY menjelaskan bahwa studi kelayakan proyek tersebut sedang dimutakhirkan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kondisi geografis di sepanjang jalur kereta cepat yang direncanakan.
Namun, ia tidak memberikan jawaban pasti mengenai apakah jalur kereta cepat tersebut akan melewati jalur selatan atau jalur utara Pulau Jawa.
"Nanti kami jelaskan," tutup Ketua Umum Partai Demokrat itu.
Baca juga: Pemerintah Siapkan Regulasi Baru untuk Proyek Kereta Cepat Jakarta–Surabaya
Di sisi lain, AHY juga menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan untuk memperluas trayek KCJB hingga ke Surabaya.
Ia menambahkan bahwa pemerintah saat ini tengah menyiapkan regulasi baru terkait proyek tersebut.
Perluasan trayek kereta cepat Whoosh bertujuan untuk memangkas waktu tempuh antara dua kota terbesar di Pulau Jawa menjadi hanya sekitar 3,5 jam, dibandingkan dengan waktu tempuh sebelumnya yang mencapai 9-10 jam jika menggunakan kereta reguler.
Baca juga: AHY Turun ke Tegalluar, Bocorkan Misi Baru dari Presiden Prabowo untuk Kereta Cepat Surabaya
Kementerian Perhubungan sebelumnya menyatakan bahwa studi kelayakan proyek ini terus diperbarui untuk menyesuaikan dengan kondisi di lapangan dan kebutuhan penumpang.
Salah satu wacana yang berkembang adalah menjadikan proyek ini sebagai kereta semi-cepat (medium high speed rail) dengan kecepatan 160–200 km per jam, bukan kereta cepat seperti yang digunakan di rute Jakarta-Bandung.
Alasan utama dari perubahan ini adalah efisiensi biaya dan penyesuaian dengan karakteristik permukiman padat di sepanjang jalur yang akan dilintasi, termasuk di daerah Cirebon, Semarang, Solo, hingga Surabaya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini