ACEH TIMUR, KOMPAS.com - Azis, salah satu dari lima nelayan Aceh yang terdampar di Kepulauan Aru, Maluku, mengungkapkan pengalaman pahitnya selama bekerja di kapal penangkap cumi yang berangkat dari Tanjung Priok menuju Merauke, Papua.
Awalnya, mereka dijanjikan pekerjaan dengan kontrak 10 bulan dan gaji yang dianggap cukup menjanjikan.
Namun, kenyataannya jauh berbeda dari harapan.
"Kami tidak pernah menandatangani kontrak apa pun, hanya diberi janji manis. Fasilitas yang dijanjikan juga tidak pernah ada," ujar Azis sesaat setelah bertemu Bupati Aceh Timur, Provinsi Aceh, Iskandar Usman Alfarlaky, di Pendopo Bupati Aceh Timur, Minggu (24/8/2025).
Baca juga: Para Nelayan di Perbatasan Berangkat Dini Hari demi Upacara HUT RI di Karang Unarang
Selama di kapal, para ABK diperlakukan tidak manusiawi.
Mereka hanya diberi makan dua kali sehari, meskipun persediaan makanan di kapal sebenarnya cukup.
"Untuk sikat gigi saja kami pakai air asin. Air tawar yang ada di kapal tidak boleh kami gunakan, bahkan mandi pun paling hanya seminggu sekali. Kalau ketahuan pakai air tawar, kami dimarahi," tambahnya.
Selain kekurangan makanan dan air, mereka juga kerap mendapat tekanan, hinaan, bahkan kekerasan dari ABK senior.
Gaji yang dijanjikan pun tidak jelas.
"Katanya untuk koki Rp 50 ribu sehari, ABK Rp 35 ribu, dan tukang mesin Rp 75 ribu, tetapi kenyataannya tidak sesuai,” ungkap Azis.
Baca juga: Kapal Tenggelam Diterjang Ombak, 3 Nelayan Kendal yang Hilang Ditemukan Meninggal
Dalam kondisi tertekan, mereka akhirnya bertekad melompat dari kapal saat berada di perairan Kepulauan Aru pada pagi hari.
Dengan membawa pelampung seadanya, mereka berenang sekitar sembilan jam.
"Kami sempat terpisah jarak 200 meter di laut, salah satu teman bahkan hampir tenggelam karena lemas, tetapi kami tetap saling menyemangati dan berdoa agar diselamatkan," tutur Azis dengan suara bergetar.
Azis juga menyampaikan terima kasih kepada Bupati Aceh Timur, Iskandar Usman Al-Farlaky, yang ikut turun tangan membantu proses pencarian hingga pemulangan mereka.
"Kami tidak tahu harus berharap kepada siapa, tetapi alhamdulillah Allah menolong kami melalui bantuan Pak Bupati dan jajarannya. Kami sangat berterima kasih,” ucapnya.
Sebelumnya, lima ABK asal Aceh dilaporkan terdampar di Kepulauan Aru, Maluku.
Mereka melompat dari kapal dan ditemukan terdampar oleh nelayan lokal.
Pemerintah Kabupaten Aceh Timur lalu mengevakuasi mereka kembali ke kampung halaman.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini