UNGARAN, KOMPAS.com - Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menghadapi masalah serius dalam dunia pendidikan akibat kekurangan tenaga pengajar.
Hal ini disebabkan oleh tidak adanya pengganti bagi guru yang pensiun, sehingga mengakibatkan sejumlah guru harus mengajar lebih dari satu mata pelajaran.
Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang, Joko Sriyono, mengungkapkan temuan dari kunjungannya ke beberapa sekolah, termasuk Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Ada banyak tenaga pengajar atau guru yang mendobel saat mengajar. Contohnya, di SD jika ada enam rombongan belajar dan satu guru pensiun, maka kepala sekolah atau guru lain yang mengisi kekosongan tersebut," ujarnya di SD Negeri Ungaran 02 pada Kamis (28/8/2025).
"Aneh lagi ada di salah satu SMP itu guru PAI (Pendidikan Agama Islam) yang telah pensiun, pelajarannya diajar guru matematika. Itu kan secara rumpun pembelajaran sudah tidak pas," ungkap Joko.
Baca juga: Dua Guru SMP di Sleman Juga Keracunan usai Santap MBG
Ia memperingatkan bahwa jika kekurangan guru ini tidak segera diatasi, cita-cita Indonesia Emas 2045 akan sulit tercapai.
"Soal moratorium itu harus diperjelas. Pemerintah pusat dalam mengambil kebijakan jangan dipukul rata, daerah memiliki kebutuhan yang berbeda," paparnya.
Joko juga menyoroti bahwa jika guru harus mendobel untuk mengajar, efektivitas pembelajaran akan terganggu.
"Maksimal itu kan 30 jam, kalau lebih dari itu, bisa jadi jenuh dan materi pembelajarannya tidak maksimal," kata Joko.
Selain itu, ia menambahkan bahwa di SD, jarang terdapat tenaga khusus operator untuk pelaporan.
"Sehingga ini juga harus mendobel, kalau kurang tenaga, ya tidak maksimal. Di SD, polanya guru kelas jadi menyeluruh, sedangkan di SMP sudah ada guru mata pelajaran khusus," jelasnya.
Di sisi lain, Kepala Sekolah SD Negeri Ungaran 02, Yuanita Rhistiani, menyatakan bahwa di sekolahnya tidak mengalami kekurangan tenaga pengajar.
"Dari 12 rombongan belajar, ada 12 guru. Selain itu, ada dua guru agama, dua guru PJOK, dan guru Bahasa Inggris," ungkapnya.
Baca juga: Guru Besar UNM: Sekolah Rakyat Jadi Pemutus Rantai Kemiskinan
Yuanita juga menjelaskan tentang tenaga administrasi di sekolahnya, yang terdiri dari satu orang untuk administrasi, satu pustakawan, dan seorang penjaga sekolah.
"Untuk yang pensiun tahun ini, ada satu guru kelas yang akan pensiun pada bulan November mendatang. Untuk pengisi nanti akan dikaryakan yang sudah ijazah PGSD," tambahnya.
Kondisi ini menunjukkan perlunya perhatian serius dari pemerintah daerah dan pusat untuk memastikan ketersediaan tenaga pengajar yang memadai demi kualitas pendidikan yang lebih baik di Kabupaten Semarang.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini