SEMARANG, KOMPAS.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengeklaim beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) telah terdistribusi ke puluhan provinsi di Indonesia.
Total stok beras SPHP Bulog mencapai 1,3 juta ton yang diklaim mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo, menyebut distribusi beras SPHP sudah dilakukan ke pasar tradisional maupun ritel modern. Ia juga meminta daerah yang masih mengalami kelangkaan segera melapor.
“Ada 1,3 juta ton. Saat ini sudah 85 ribu ton yang didistribusikan. Jadi kalau ada daerah yang langka tolong kasih informasinya ke pimpinan wilayah (Pinwil) Bulog setempat, nanti (distribusi) bisa eksekusi di seluruh wilayah di Indonesia,” ungkap Arief usai rapat konsolidasi satgas pangan di Kompleks Gubernur Jawa Tengah, Kamis (28/8/2025).
Baca juga: Harga Beras Tembus Rp 15.000 per Kg, Zulhas Ungkap Biang Keroknya
Arief menambahkan, hingga September 2025 produksi beras nasional mencapai 28 juta ton, melebihi target dengan surplus sekitar 5 juta ton.
“Ketersediaannya cukup. Sangat cukup. Sampai dengan September ini produksi kita 28 juta ton. Jadi Pak Menko juga tadi sudah sampaikan kelebihannya masih ada 5 juta ton,” ujarnya.
Meski pemerintah memastikan ketersediaan, sebagian warga di Semarang mengaku kesulitan membeli beras medium.
Adit (36), warga Pedurungan, mengaku harus berkeliling ke luar kecamatan untuk mendapat beras.
“Terkahir beli beras seminggu lalu muter mini market, udah enggak ada, benar-benar sampai beras habis," kata adit.
"Biasanya beli medium, coba di mini market agak jauh dari rumah, cuma ada dua jenis, SPHP sama premium, harganya naik dikit jadi Rp 75.000 per 5 kg,” sambungnya.
Baca juga: Kenapa Harga Beras Tak Kunjung Turun? Perpadi Bongkar Akar Masalahnya
Keluhan juga datang dari pedagang Pasar Bulu, Erawati. Ia menyebut operasi pangan serentak yang dilakukan pemerintah justru merugikan pedagang pasar karena penjualan SPHP digelar hingga tingkat RW dengan melibatkan TNI dan Polri.
“Jangan bazar di kelurahan. Biasanya per minggu stok habis, ini utuh. Biasanya sampai 50 pcs habis. Terus dijual ke polisi, kita jadi enggak bisa beli banyak. Padahal kami untung enggak sampai Rp 5.000,” tutur Erawati, pedagang yang biasa memesan 150 pcs beras per kulakan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini