BENGKULU, KOMPAS.com - Di tengah aroma kopi pekat yang mengepul dari meja kayu, Andom, seorang pustakawan muda, terlihat telaten mengelola ribuan buku kritis di perpustakaan Rumah Literasi Mata Hati, Yayasan Akar Global Inisiatif, Bengkulu.
Sejak 2013, Andom telah mengabdikan diri untuk menjaga dan mengurus perpustakaan yang memiliki koleksi sekitar 5.000 eksemplar buku tersebut.
Di dinding perpustakaan, rak-rak buku telah diklasifikasikan ke dalam berbagai spesifikasi, mulai dari studi perempuan, agraria kritis, ilmu sosial humaniora, hingga kesusastraan.
"Koleksi buku kami banyak digunakan oleh dosen, mahasiswa, peneliti, aktivis, sastrawan, dan seniman. Saat ini, riset tidak hanya diperlukan oleh dosen dan mahasiswa, tetapi juga oleh seniman yang memerlukan literatur untuk menciptakan karya," jelas Andom saat ditemui, Kamis (4/9/2025).
Baca juga: Kisah Pustakawan Ropadi, dari Penjaga Malam, Tenaga Keliling, hingga Penjaga Naskah Kuno Cirebon
Kecintaan Andom pada buku telah terbangun sejak ia masih di bangku SD.
"Dari SD, saya suka membaca legenda dan sejarah. Rumah saya dekat dengan Perpustakaan Daerah, jadi saya sering ke sana," kenangnya.
Ketika remaja, ia mulai mengagumi Jim Morrison, vokalis band The Doors, yang juga menyukai karya filsuf Friedrich Nietzsche.
"Awal menyukai Jim Morrison, saya jadi tertarik pada bacaan Nietzsche, dan minat saya terhadap buku terus bertumbuh," ungkapnya.
Andom menekankan pentingnya buku dalam mengisi ruang sosial dan menjalin koneksi antarindividu.
Sebagian besar buku yang ia kelola berasal dari donasi dan pembelian rutin.
"Dari buku-buku kami, banyak terhubung dengan komunitas baca di seluruh Indonesia. Kami sering bertukar koleksi atau menggelar 'Party Book' komunitas," tuturnya.
Baca juga: Pj Ketua TP-PKK Provinsi Riau Ajak Masyarakat Gemar ke Pustaka di Puswil Soeman HS
Menurut Andom, media sosial memiliki peran penting dalam mendorong minat baca, terutama di kalangan Generasi Z.
"Budaya visual di kalangan Gen Z saat ini mengalahkan minat baca. Namun, mereka sering menemukan sumber bacaan dari media sosial dan kemudian mencari bukunya," jelasnya.
Ia juga mencatat bahwa podcast yang banyak diinisiasi oleh berbagai kalangan dapat memicu minat literasi Gen Z.
Andom menegaskan, literasi sangat penting bagi semua kalangan, tidak hanya untuk dosen dan mahasiswa, tetapi juga bagi seniman.
"Apapun seninya, tetap memerlukan penelitian, dan literasi yang diambil dari buku. Semakin banyak literasi buku, semakin baik karya seni para seniman," ujarnya.
Selain mengelola perpustakaan, Andom juga memiliki ribuan buku koleksi pribadi yang sebagian besar berkaitan dengan seni, musik, dan agraria.
"Koleksi pribadi saya sering digunakan oleh teman-teman peneliti. Merawat buku sangat penting karena itu bagian dari merawat peradaban dan pengetahuan," tutupnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini