LEBAK, KOMPAS.com – Suasana Perpustakaan Saidjah Adinda Rangkasbitung siang itu terasa tenang. Di antara suara pelan lembaran buku yang dibalik dan langkah ringan pengunjung, tampak seorang pustakawan muda sibuk menata buku-buku yang baru dikembalikan.
Dia adalah Syahrizal Fahru Rosyid (30), sosok di balik pelayanan koleksi di perpustakaan kebanggaan Kabupaten Lebak, Banten.
Baca juga: Bupati Bogor Tinjau Lokasi Majelis Taklim Ambruk: Kami Tanggung Biaya Korban
Dengan senyum ramah, Rizal—sapaan akrabnya—membagikan kisah perjalanan hidup dan pengabdiannya sebagai pustakawan.
Sejak kecil, Rizal sudah akrab dengan buku, namun bukan dari perpustakaan, melainkan dari hadiah orang tuanya.
“Waktu SD enggak ada perpustakaan, SMP ada tapi enggak difungsikan. Guru pun nggak pernah mengarahkan murid untuk berkunjung,” kenang Rizal saat ditemui di Perpustakaan Saidjah Adinda, Kamis (4/9/2025).
Ketertarikannya pada dunia literasi baru tumbuh serius saat kuliah.
Ia memilih Ilmu Perpustakaan di Universitas Diponegoro, pilihan yang jarang diambil teman seangkatannya.
“Menurut saya, semua pekerjaan pasti ada bidang ilmunya. Kalau ada jurusannya berarti pasti ada prospek kerjanya,” ujarnya.
Sejak 2019, Rizal menjadi pustakawan honorer di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lebak.
Meski telah kembali ke tanah kelahiran, ia tinggal di Cakung, Jakarta Timur, bersama istri dan anaknya.
Setiap hari, ia menempuh perjalanan sekitar 6 jam pulang-pergi menggunakan KRL, berangkat pukul 04.30 pagi dan tiba kembali di rumah sekitar pukul 20.00 malam.
“Capek itu pasti, enam jam di perjalanan. Tapi saya sudah memilih jalannya, jadi ya dijalani saja,” ujarnya.
Meski melelahkan, Rizal tetap konsisten. Baginya, akses bacaan masyarakat Lebak jauh lebih penting daripada kenyamanan pribadi.
Selama bertahun-tahun, Rizal harus bertahan dengan gaji honorer yang terbatas, bahkan kerap tidak cukup untuk menutupi biaya transportasi harian.
“Ya namanya honorer, gajinya terbatas. Kalau dihitung-hitung, ongkos perjalanan sehari-hari cukup besar juga. Tapi karena sudah jalan yang dipilih, ya dinikmati saja,” tuturnya.