Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Filosofi Tumpengan yang Biasa Disajikan Saat Perayaan 17 Agustus

Kompas.com - 12/08/2025, 09:31 WIB
Krisda Tiofani,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tumpeng umum ditemui dalam perayaan hari spesial, termasuk peringatan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus setiap tahunnya.

Bahkan, nasi tumpeng kerap dilibatkan dalam rangkaian lomba 17 Agustus, seperti lomba membuat tumpeng atau sekedar menghiasnya.

Tahukah kamu, penyajian nasi tumpeng pada 17 Agustus bukan sekedar pelengkap makanan, melainkan memiliki makna mendalam.

Baca juga: Resep Nasi Tumpeng Sederhana, Apa Saja Isian Lauknya?

Arti kata tumpeng

Menurut dosen Sastra Jawa Universitas Indonesia Ari Prasetiyo, tumpeng merupakan akronim yang memiliki arti menarik.

“Secara etimologi (cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu kata), saya belum menemukan tentang kata ‘tumpeng’,” dikutip Kompas.com, Selasa (12/8/2025).

“Hanya saja, dalam masyarakat Jawa, ditemukan bahwa kata ‘tumpeng’ merupakan akronim dari kalimat ‘yen meTu kudu meMPENG,” sambung dua.

Baca juga: Resep Tumpeng Mini Nasi Kebuli untuk Hajatan, Lauknya Banyak

Kalimat itu berasal dari bahasa Jawa. Bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia, artinya ‘ketika keluar harus sungguh-sungguh semangat’.

Ari menyampaikan, maksud dari kalimat tersebut adalah ketika manusia terlahir maka mereka harus menjalani kehidupan di jalan Tuhan dengan semangat, yakin, fokus, tidak mudah putus asa.

Selain itu, manusia juga harus senantiasa percaya bahwa Tuhan selalu ada bersama mereka.

Makna tumpeng dalam perayaan 17 Agustus

Filosofi tersebut selaras dengan bentuk tumpeng yang kerucut, merepresentasikan puncak gunung atau konsep Ketuhanan.

Warga lingkungan Perum Mawar Jingga, Kelurahan Manisrenggo, Kota Kediri, Jawa Timur saat menggelar malam tirakatan HUT RI ke-78, Rabu (16/8/2023) malam.Dok.warga Perum Mawar Jingga Warga lingkungan Perum Mawar Jingga, Kelurahan Manisrenggo, Kota Kediri, Jawa Timur saat menggelar malam tirakatan HUT RI ke-78, Rabu (16/8/2023) malam.

Dalam Kitab Tantupanggelaran (kitab dari zaman Majapahit), diceritakan saat Pulau Jawa berguncang, Batara Guru dalam konsep Hindu memerintahkan membawa puncak Mahameru di India untuk menstabilkan Pulau Jawa dan jadilah Gunung Semeru di Jawa Timur.

Puncak Mahameru itu yang kemudian dipercaya jadi letak para Dewa. Manusia pun memahami konsep Ketuhanan sebagai sesuatu yang besar dan tinggi, serta berada di puncak, seperti halnya puncak gunung.

Baca juga: Ada Tumpeng hingga Dawet, Ini Maknanya di Prosesi Siraman Al Ghazali

Makna nasi tumpeng tersebut itulah yang dianggap bisa jadi simbol sujud syukur, merayakan sesuatu, dan permohonan terhadap Tuhan.

Filosofi tumpeng ini erat kaitannya dengan perayaan Kemerdekaan RI. Manusia, dalam hal ini masyarakat Indonesia, bersyukur atas kemerdekaan yang dinikmati.

Selain itu, manusia juga memohon agar Indonesia selalu dalam keadaan aman, sentosa, sejahtera, murah sandang pangan, dan lepas dari bencana. Tumpeng ini menjadi representasi Ketuhanan.

Baca juga: Resep Nasi Kuning untuk Tumpeng, Terinspirasi Tantangan MasterChef Indonesia

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau