KOMPAS.com – Kelompok pedagang senjata yang berafiliasi dengan Houthi di Yaman dilaporkan memanfaatkan platform media sosial seperti X dan WhatsApp untuk menjual senjata buatan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara anggota NATO.
Praktik ini dinilai melanggar kebijakan kedua platform media sosial (medsos) tersebut.
Temuan ini terungkap dari laporan Tech Transparency Project (TTP), organisasi berbasis di Washington DC yang memantau akuntabilitas perusahaan teknologi besar.
Baca juga: Houthi Lanjutkan Serangan terhadap Kapal di Laut Merah, Tujuannya Masih Sama
TTP menemukan para pedagang senjata itu secara terbuka mengoperasikan toko daring di kedua platform, bahkan ada yang sudah bertahun-tahun beroperasi.
TTP mengidentifikasi sedikitnya 130 akun X berbasis di Yaman serta 67 akun WhatsApp Business yang menawarkan senapan serbu, peluncur granat, hingga perlengkapan militer lainnya.
Beberapa senjata diketahui bertanda “Properti Pemerintah AS” dan ada pula yang berlogo NATO.
Meski laporan ini tidak mengungkap siapa pembelinya, harga jual senjata yang mencapai 10.000 dollar AS (sekitar Rp 162 juta) diperkirakan hanya mampu dijangkau oleh kelompok bersenjata lain.
“X dan WhatsApp sebenarnya melarang penjualan senjata. Namun, mereka tetap membiarkan pedagang yang terafiliasi kelompok radikal memperdagangkan senjata di platform mereka. Dalam beberapa kasus, perusahaan bahkan mungkin mengambil untung dari pelanggaran kebijakan yang berisiko bagi keamanan nasional AS,” kata Katie Paul, Direktur TTP, dikutip dari The Guardian pada Rabu (16/7/2025).
Baca juga: Houthi Kembali Tenggelamkan Kapal di Laut Merah, 3 Orang Tewas
Sebagian besar akun X yang diidentifikasi berlokasi di Sanaa, ibu kota Yaman yang dikuasai Houthi, dan sering membagikan konten pro-Houthi.
Beberapa di antaranya berlangganan X Premium yang memungkinkan mereka mengunggah video panjang, bahkan menerima tip atau donasi dari pengguna lain.
Salah satu akun bahkan mengunggah video “unboxing” senapan mesin ringan M249 SAW buatan AS. Iklan-iklan dari perusahaan lain juga muncul di kolom komentar unggahan senjata, termasuk iklan aksesori Tesla yang muncul di bawah unggahan penjualan pistol Glock 17.
Sejak diakuisisi Elon Musk pada 2022, X diketahui memecat sekitar 80 persen tim moderasi konten. Temuan TTP sebelumnya juga mencatat lebih dari 200 akun kelompok radikal mendapatkan tanda centang biru X Premium.
Menariknya, sejumlah pedagang senjata bahkan berinteraksi langsung dengan Musk. Ketika Musk mengunggah video dirinya menembakkan senapan Barret kaliber 50 pada September 2023, tiga pedagang senjata membalasnya dengan mempromosikan senjata mereka, termasuk AR-15.
Saat dihubungi The Guardian, pihak X menolak berkomentar terkait temuan ini.
Baca juga: Israel Serang Houthi di 3 Pelabuhan dan Pembangkit Listrik Yaman
Selain X, pedagang senjata juga memanfaatkan WhatsApp Business dengan fitur “katalog” untuk menampilkan foto-foto senjata.