KOMPAS.com - Sejumlah negara Arab mengecam pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengobarkan ide "Israel Raya".
Mereka menilai pernyataan tersebut sebagai ancaman terhadap kedaulatan negara-negara di kawasan, di tengah situasi regional yang memanas.
Istilah Israel Raya merujuk pada interpretasi Alkitab mengenai wilayah Israel pada masa Raja Sulaiman, sebagaimana dilansir AFP, Kamis (14/8/2025).
Baca juga: 123 Orang Tewas dalam 24 Jam Gempuran Militer Israel di Kota Gaza
Israel Raya bukan hanya mencakup Palestina saat ini, tetapi juga sebagian wilayah Yordania, Lebanon, dan Suriah modern.
Kalangan ultra-nasionalis Israel sebelumnya telah menyerukan agar wilayah-wilayah tersebut dikuasai.
Dalam wawancara dengan i24NEWS, Selasa (12/8/2025), pewawancara Sharon Gal menanyakan apakah Netanyahu mendukung visi Israel Raya, dia menjawab tentu saja.
"Jika Anda bertanya kepada saya apa yang saya pikirkan, kami siap," ujar Netanyahu.
Netanyahu kemudian berbicara mengenai pendirian Israel dan misi besar untuk menjamin kelangsungan keberadaannya.
Baca juga: Sergap Tentara Israel, Hamas Klaim Tewaskan dan Lukai Pasukan Tel Aviv
Yordania, pada Rabu (13/8/2025) mengecam pernyataan tersebut sebagai eskalasi yang berbahaya dan provokatif serta ancaman terhadap kedaulatan negara.
"Retorika provokatif ini adalah klaim delusi," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania.
Pada hari yang sama, Mesir menyatakan telah meminta klarifikasi terkait pernyataan Netanyahu.
Pemerintah Mesir menilai gagasan tersebut sama saja dengan penolakan terhadap opsi perdamaian di kawasan.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Irak pada Kamis juga mengkritik keras pernyataan Netanyahu.
Baca juga: PBB Tuding Israel Lakukan Kekerasan Seksual pada Tawanan
Menurut Irak, pernyataan Netanyahu mencerminkan ambisi ekspansionis Israel dan merupakan provokasi yang jelas terhadap kedaulatan negara.
Di satu sisi, Qatar, yang berperan sebagai mediator dalam konflik Gaza, menyebut pernyataan Netanyahu absurd dan provokatif.
Pernyataan Netanyahu muncul di tengah perang yang telah berlangsung 22 bulan antara Israel dan kelompok milisi Palestina, Hamas, di Jalur Gaza.
Konflik itu kerap merembet ke wilayah lain di Timur Tengah dan memicu kecaman luas dari dunia Arab.
Baca juga: Israel Pakai Istilah Lain untuk Usir Warga Palestina dari Gaza
Isu perluasan wilayah Israel mengemuka saat sejumlah anggota sayap kanan kabinet Netanyahu mendesak penaklukan Gaza dan aneksasi Tepi Barat.
Pemerintah Israel baru-baru ini juga menyetujui serangkaian pembangunan permukiman baru yang dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Arab Saudi pada Rabu (13/8/2025) menolak total terhadap gagasan dan rencana kolonisasi serta ekspansi yang diadopsi oleh otoritas pendudukan Israel.
Baca juga: Israel Perluas Perang di Gaza, PM Selandia Baru: Netanyahu Hilang Akal
Riyadh menegaskan kembali hak historis dan hukum rakyat Palestina untuk mendirikan negara merdeka mereka.
Pada Februari 2025, Netanyahu juga menuai kecaman negara-negara Arab setelah dalam sebuah wawancara televisi ia menyarankan pembentukan negara Palestina di tanah Saudi.
Dalam wawancara dengan i24NEWS pada Selasa lalu, Netanyahu kembali mengusulkan agar warga Palestina diizinkan meninggalkan Gaza.
"Kami tidak mengusir mereka, tetapi kami membiarkan mereka pergi," ujar Netanyahu.
Baca juga: Demi Gaza, Norwegia Cabut Investasi di 11 Perusahaan Israel
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini