Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel Pakai Istilah Lain untuk Usir Warga Palestina dari Gaza

Kompas.com - 13/08/2025, 16:20 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

GAZA, KOMPAS.com - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (12/8/025) menolak dituding dirinya mengusir warga Palestina dari Gaza.

Sebaliknya, Netanyahu menyerukan kembali untuk memperbolehkan warga Palestina meninggalkan Jalur Gaza, ketika militer bersiap untuk memperluas operasinya di wilayah tersebut.

Dalam wawancara yang langka dilakukan dengan media Israel, Netanyahu membela kebijakan perangnya.

Baca juga: Israel Perluas Perang di Gaza, PM Selandia Baru: Netanyahu Hilang Akal

Melansir AFP pada Rabu (13/8/2025), pemimpin Israel itu mengatakan kepada penyiar i24NEWS, “Kami tidak mendorong mereka keluar, tetapi kami memperbolehkan mereka pergi.”

"Berikan mereka kesempatan untuk pertama-tama, meninggalkan zona pertempuran, dan umumnya untuk meninggalkan wilayah itu, jika mereka mau," katanya.

Israel selama bertahun-tahun mengontrol ketat perbatasan dan melarang banyak orang meninggalkan Jalur Gaza.

"Kami akan memperbolehkan ini, pertama-tama di dalam Gaza selama pertempuran, dan kami tentu akan memperbolehkan mereka meninggalkan Gaza juga," kata Netanyahu.

Baca juga: Demi Gaza, Norwegia Cabut Investasi di 11 Perusahaan Israel

Bagi warga Palestina, setiap upaya untuk memaksa mereka meninggalkan Tanah Air mereka akan mengingatkan pada peristiwa "Nakba", bencana pengungsian massal warga Palestina saat berdirinya Israel pada 1948.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menyerukan untuk warga Gaza pindah dari wilayah yang dilanda perang tersebut, dan itu telah memicu kekhawatiran penduduk lokal dan kecaman internasional.

Netanyahu mendukung saran Trump tahun ini untuk mengusir warga Palestina di Gaza, yang lebih dari dua juta, ke Mesir dan Yordania.

Para menteri sayap kanan Israel mendukung dengan menyerukan agar warga Palestina di Jalur Gaza pergi secara sukarela.

Warga Palestina memeriksa kerusakan di kamp Khan Yunis, Gaza, setelah serangan Israel pada 11 Juli 2025. Ratusan mantan pejabat militer Israel, termasuk kepala badan intelijen, meminta bantuan Trump untuk menekan Netanyahu akhiri perang di Gaza.AFP Warga Palestina memeriksa kerusakan di kamp Khan Yunis, Gaza, setelah serangan Israel pada 11 Juli 2025. Ratusan mantan pejabat militer Israel, termasuk kepala badan intelijen, meminta bantuan Trump untuk menekan Netanyahu akhiri perang di Gaza.

Baca juga: Albanese: Netanyahu Abaikan Krisis Kemanusiaan di Gaza

Serangan militer Israel meningkat

Juru bicara pertahanan sipil Gaza Mahmud Bassal mengatakan pada Selasa (12/8/2025) bahwa serangan udara telah meningkat selama tiga hari terakhir, meski Netanyahu belum memberikan jadwal pasti kapan pasukannya akan menggempur Kota Gaza.

Bassal mengatakan bahwa Israel memperkuat pemboman menggunakan bom, drone, dan juga amunisi yang sangat eksplosif, sehingga menyebabkan kehancuran besar.

Bassal mengatakan bahwa serangan Israel di seluruh wilayah, termasuk di Kota Gaza, telah menewaskan sedikitnya 33 orang pada Selasa saja.

"Pemboman sangat intens selama dua hari terakhir. Dengan setiap serangan, tanah berguncang," kata Majed al-Hosary, warga lingkungan Zeitun, Kota Gaza.

Baca juga: Serangan Terbesar Israel Guncang Gaza, Netanyahu Tegaskan Tujuan Baru

Para pelayat membawa jenazah warga Palestina, termasuk jurnalis dan seorang petugas medis, yang tewas dalam serangan Israel semalam, menjelang pemakaman massal di luar Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada Senin (11/8/2025). Israel melancarkan serangan terbesar ke Kota Gaza, menargetkan benteng terakhir Hamas. Serangan ini juga menewaskan 6 jurnalis, termasuk Anas Al-Sharif dari Al Jazeera.AFP/OMAR AL-QATTAA Para pelayat membawa jenazah warga Palestina, termasuk jurnalis dan seorang petugas medis, yang tewas dalam serangan Israel semalam, menjelang pemakaman massal di luar Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada Senin (11/8/2025). Israel melancarkan serangan terbesar ke Kota Gaza, menargetkan benteng terakhir Hamas. Serangan ini juga menewaskan 6 jurnalis, termasuk Anas Al-Sharif dari Al Jazeera.

Halaman:

Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau