Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bendungan Baru China di Tibet Picu Perang Air dengan India

Kompas.com - 25/08/2025, 11:13 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters

NEW DELHI, KOMPAS.com – India mengkhawatirkan rencana pembangunan bendungan raksasa oleh China di Tibet yang diperkirakan akan mengurangi aliran air hingga 85 persen pada musim kemarau.

Analisis pemerintah India yang dilihat Reuters menyebutkan hal itu bisa berdampak serius terhadap kehidupan jutaan orang di hilir.

Kekhawatiran akan adanya perang air ini mendorong New Delhi mempercepat rencana pembangunan bendungan sendiri untuk mengurangi potensi dampak yang ditimbulkan, dikutip dari Reuters pada Senin (25/8/2025).

Baca juga: Banyak Warga Selamat dari Banjir Bandang di India karena Hadiri Festival

Sumber kehidupan jutaan warga

Air yang mengalir dari Gletser Angsi di Tibet menjadi sumber kehidupan lebih dari 100 juta orang di China, India, dan Bangladesh.

Sejak awal 2000-an, pemerintah India telah mempertimbangkan proyek bendungan untuk mengendalikan aliran air dari kawasan itu.

Namun, rencana tersebut kerap mendapat penolakan keras, termasuk aksi kekerasan, dari warga Arunachal Pradesh yang khawatir desa mereka akan terendam dan kehidupan mereka hancur akibat pembangunan bendungan.

Proyek bendungan terbesar dunia

Kekhawatiran India semakin besar setelah pada Desember lalu, China mengumumkan rencana pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia di sebuah kabupaten perbatasan.

Lokasinya tepat sebelum Sungai Yarlung Zangbo mengalir masuk ke India, yang kemudian dikenal sebagai Sungai Siang dan Brahmaputra.

New Delhi menilai proyek ini dapat memberi China kendali strategis atas aliran sungai, di tengah persaingan lama kedua negara, termasuk sengketa wilayah di Arunachal Pradesh.

India memperkirakan bendungan tersebut akan memungkinkan Beijing mengalihkan hingga 40 miliar meter kubik air, lebih dari sepertiga aliran tahunan di titik perbatasan utama.

Baca juga: Beijing Marah, India-Filipina Latihan Militer di Laut China Selatan

Dampak paling terasa diprediksi terjadi pada musim kemarau, ketika suhu meningkat dan sebagian besar wilayah India mengalami kekeringan.

Respons India

Sebagai langkah antisipasi, perusahaan pembangkit listrik tenaga air milik negara India pada Mei lalu memindahkan material survei di lokasi prospektif Bendungan Penyimpanan Serbaguna Siang Atas. Jika rampung, bendungan ini akan menjadi yang terbesar di India.

Pertemuan tingkat tinggi juga digelar sepanjang tahun, termasuk rapat pada Juli yang dipimpin langsung oleh kantor Perdana Menteri Narendra Modi.

Proyek Upper Siang dirancang memiliki kapasitas penyimpanan 14 miliar meter kubik (BCM), sehingga memungkinkan pelepasan air pada musim kemarau.

Analisis pemerintah menyebutkan, tanpa bendungan India, Kota Guwahati akan mengalami pengurangan pasokan air hingga 25 persen. Namun, dengan adanya Upper Siang, penurunan pasokan dapat ditekan menjadi 11 persen.

Halaman:

Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau