KOMPAS.com - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengungkapkan kekhawatirannya atas banyaknya jemaah haji Indonesia yang enggan memeriksakan diri atau dirawat di rumah sakit di Arab Saudi, meski kondisi kesehatan mereka menurun.
Hal ini turut menjadi sorotan di tengah meningkatnya jumlah jemaah haji yang meninggal dunia di Tanah Suci.
Berdasarkan data dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) per Minggu (1/6/2025), tercatat sebanyak 125 jemaah haji Indonesia wafat selama menjalankan ibadah haji.
"Mereka agak enggan untuk dirawat di RS Saudi. Akibatnya, mereka memilih untuk tidak diperiksa di RS Arab Saudi, sehingga kesehatan mereka menurun," ujar Nasaruddin dalam keterangan pers pada Senin (2/6/2025).
Baca juga: Imigrasi Tunda Keberangkatan 719 Calon Jemaah Haji Nonprosedural dari Bandara Soetta
Menag menilai, salah satu penyebab utama keengganan ini adalah faktor kenyamanan dan bahasa.
Jemaah merasa lebih nyaman jika dirawat oleh tenaga kesehatan dari Indonesia yang memiliki kesamaan bahasa dan budaya.
“Ini penting, karena banyak jemaah merasa lebih nyaman berobat di klinik Indonesia, apalagi ada kendala bahasa jika langsung ke rumah sakit Saudi,” jelasnya.
Untuk itu, Nasaruddin mengaku telah bertemu dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin guna membahas upaya pemulihan operasional Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Daker Mekkah.
Klinik ini sempat tidak beroperasi karena regulasi baru dari Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi terkait penggunaan sarana dan prasarana kesehatan.
Baca juga: Calon Jemaah Haji Embarkasi Solo Meninggal di Tanah Suci Capai 19 Orang
Menurut Nasaruddin, pihak Arab Saudi, khususnya Menteri Kesehatan Fahad Al-Jalajel, telah menyampaikan keprihatinan atas tingginya jumlah jemaah Indonesia yang wafat.
Mereka mempertanyakan sistem seleksi kesehatan sebelum keberangkatan jemaah, serta jumlah dan distribusi tenaga medis yang disiapkan Indonesia.
"Dokter Indonesia sebelumnya dibatasi ruang geraknya dalam memberikan perawatan di tenda atau klinik sendiri," kata Nasaruddin, Selasa (3/6/2025).
Baca juga: Pos Kesehatan Siap Layani Jemaah Haji Indonesia di Arafah dan Mina
Namun, setelah mendapat penjelasan dari Kepala BPOM dan anggota Amirul Hajj, Taruna Ikrar, Pemerintah Arab Saudi melonggarkan aturan tersebut.
“Menteri Kesehatan Saudi akhirnya menyepakati bahwa dokter Indonesia dapat kembali memberikan layanan medis di klinik-klinik haji,” lanjutnya.
Menag berharap KKHI di Daker Mekkah dapat segera kembali beroperasi meskipun sifatnya sementara. Ia juga menyatakan siap membantu proses negosiasi agar klinik tersebut bisa diaktifkan demi menjaga kesehatan jemaah.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya