Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi Geothermal Gunung Lawu, ESDM Pastikan Tak Ada Eksplorasi Maupun Lelang di Kawasan Sakral

Kompas.com - 20/10/2025, 05:45 WIB
Wahyu Wachid Anshory

Editor

Sumber Antara

KOMPAS.com - Pemerintah menegaskan bahwa kawasan Gunung Lawu yang berada di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah tidak termasuk dalam wilayah kerja pertambangan (WKP) panas bumi.

Keputusan ini menjadi bentuk komitmen pemerintah dalam menjaga keseimbangan antara pengembangan energi terbarukan dan pelestarian nilai sejarah, budaya, serta spiritual kawasan tersebut.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyampaikan bahwa tidak ada proses lelang maupun aktivitas eksplorasi panas bumi di kawasan Gunung Lawu.

 

Baca juga: Dari Geothermal hingga Wisata Serampangan, Gemma Bongkar Masalah Bandung

Ia menegaskan bahwa pemerintah sangat berhati-hati dalam menentukan lokasi proyek energi panas bumi.

"Kami tegaskan Gunung Lawu tidak masuk dalam wilayah kerja pertambangan panas bumi. Tidak ada proses lelang maupun aktivitas eksplorasi di kawasan tersebut," kata Eniya dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (19/10/2025) dikutip dari Antara.

Menurut Eniya, prinsip kehati-hatian dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan spiritual masyarakat sekitar menjadi dasar utama keputusan tersebut.

Sebelumnya, rencana pengembangan panas bumi di kawasan Lawu memang pernah diajukan sejak 2018. Namun setelah melalui evaluasi menyeluruh, wilayah kerja tersebut resmi dihapus pada 2023.

Baca juga: Pakar Nilai Geothermal Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal, Ciptakan Ribuan Lapangan Kerja Baru

Di Mana Lokasi Alternatif Pengembangan Panas Bumi?

Gunung Lawu kembali bertopi seperti terlihat dari jepretan Parasito Djoyo warga Ngawi yang berjarak sekitar 27 kilometer dari Gunung Lawu. Awan tersebut terlihat dari pukul 05.30 WIB hingg sekitar pukul 06.30 WIB, Kamis (5/9/2024).DOKUMENTASI WARGA/PARASITO Gunung Lawu kembali bertopi seperti terlihat dari jepretan Parasito Djoyo warga Ngawi yang berjarak sekitar 27 kilometer dari Gunung Lawu. Awan tersebut terlihat dari pukul 05.30 WIB hingg sekitar pukul 06.30 WIB, Kamis (5/9/2024).

Sebagai tindak lanjut, pemerintah pusat melakukan audiensi pada 2024 bersama Pemerintah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, serta akademisi Universitas Sebelas Maret (UNS).

Dari hasil pembahasan tersebut, Kecamatan Jenawi diusulkan sebagai lokasi alternatif karena berada jauh dari kawasan cagar budaya, situs spiritual, dan wilayah yang memiliki keterikatan erat dengan Gunung Lawu.

Eniya menjelaskan, kegiatan di Jenawi hanya berupa survei pendahuluan dan eksplorasi (PSPE), bukan pengeboran langsung.

 

Baca juga: Mendengar Suara dari Bumi Cendana: Polemik Geothermal di NTT

Kegiatan PSPE diawali dengan survei geosains untuk memetakan potensi panas bumi sekaligus memastikan seluruh situs budaya, kawasan sakral, dan hutan konservasi tidak termasuk dalam area survei.

Kajian ini diharapkan menjadi dasar ilmiah bagi pemanfaatan energi panas bumi dengan potensi hingga 40 megawatt (MW), atau setara kebutuhan listrik bagi lebih dari 40.000 rumah tangga.

"PSPE ini sifatnya baru survei pendahuluan. Pengeboran nanti akan dilakukan setelah ada hasil survei yang memastikan tidak menyentuh kawasan sakral maupun hutan konservasi. Semua tahapan dilakukan secara transparan dan partisipatif," ujar Eniya.

Baca juga: Terapkan Teknologi Geothermal Dry House, Pertamina Bawa Kopi Kamojang Tembus Pasar Asia dan Eropa

Apakah Kegiatan PSPE Akan Dilaksanakan dalam Waktu Dekat?

Kementerian ESDM memastikan bahwa kegiatan PSPE di Jenawi belum akan dilaksanakan sebelum seluruh proses audiensi dan sosialisasi dengan masyarakat serta pemangku kepentingan selesai.

Halaman:


Terkini Lainnya
Tasikmalaya Salah Satu Wilayah dengan Curah Hujan Tertinggi di Indonesia pada Awal November 2025
Tasikmalaya Salah Satu Wilayah dengan Curah Hujan Tertinggi di Indonesia pada Awal November 2025
Jawa Barat
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Jawa Tengah
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Jawa Barat
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Jawa Barat
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
Banten
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Sumatera Utara
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Jawa Timur
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
Sumatera Selatan
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Jawa Barat
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Jawa Barat
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Sulawesi Selatan
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Kalimantan Barat
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Jawa Tengah
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Jawa Tengah
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
Banten
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau