Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Keuangan Syariah Lebih Tahan Krisis karena Punya Underlying Asset

Kompas.com - 26/06/2025, 21:39 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

KOMPAS.com – Bank Indonesia (BI) menilai sistem keuangan syariah memiliki ketahanan yang lebih baik dalam menghadapi gejolak ekonomi, bahkan ketika terjadi krisis, jika dibandingkan dengan sistem keuangan konvensional.

Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) BI, Imam Hartono, menyebut keunggulan ini tak lepas dari prinsip dasar keuangan syariah yang mengharuskan keberadaan underlying asset (aset dasar) dalam setiap instrumen keuangan, sebagai upaya menghindari unsur spekulasi (gharar) dan riba.

“Keuangan syariah mempunyai kelebihan dibandingkan konvensional karena ada underlying. Sehingga biasanya keuangan syariah itu lebih resilien, dan itu terbukti saat terjadi krisis,” ujar Imam, Kamis (26/6/2025) dikutip dari Antara.

Baca juga: Bos BSI: Ekonomi Syariah Harus Jadi Arus Utama Pembangunan Ekonomi

Meski demikian, Imam mengakui bahwa ketidakpastian ekonomi global tetap dapat berdampak pada sektor keuangan syariah.

Namun, ia optimistis pelaku usaha syariah mampu melakukan mitigasi risiko dengan lebih baik berkat karakteristik instrumennya.

Potensi Pengembangan Instrumen Syariah

Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti juga menyoroti stabilitas yang dimiliki instrumen keuangan syariah.

Ia mencatat, negara-negara seperti Malaysia kini menghadapi keterbatasan underlying asset akibat ekspansi masif keuangan syariah, sementara Filipina mulai agresif mengembangkan sektor ini.

Baca juga: BSI International Expo 2025 Dibuka Hari Ini, Simak Beragam Promo Beli dan Cicil Emas Bank Syariah Indonesia

Melihat perkembangan global tersebut, Destry menekankan pentingnya Indonesia untuk mempercepat pengembangan instrumen keuangan syariah, mengingat potensi domestik yang masih besar.

“Indonesia baru mulai mengembangkan instrumen keuangan syariah. Pemerintah sekarang cukup agresif mengeluarkan surat berharga syariah karena ada kebutuhan pembiayaan untuk ekonomi syariah, termasuk UMKM. Pembiayaan UMKM ini bisa di-bundle dan dijadikan underlying bagi instrumen keuangan syariah,” ujar Destry.

Pertumbuhan Signifikan Sukuk

Bank Indonesia mencatat pertumbuhan signifikan pada instrumen sukuk dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2024, nilai outstanding sukuk meningkat dari Rp 29,83 triliun pada 2019 menjadi Rp 55,26 triliun pada 2024. Jumlah seri sukuk pun bertambah dari 143 menjadi 247.

Baca juga: BTPN Syariah Bakal Buyback Saham, Siapkan Dana Rp 927 Miliar

Dari sisi penerbitan, akumulasi nilai sukuk melonjak dari Rp 48,24 triliun pada 2019 menjadi Rp 121,16 triliun pada 2024, dengan jumlah penerbitan meningkat dari 232 menjadi 523 seri.

BI menilai tren ini menunjukkan tingginya daya tarik sukuk sebagai instrumen investasi syariah yang strategis untuk memenuhi kebutuhan pendanaan jangka panjang, terutama bagi perusahaan.

Instrumen Moneter Syariah Bank Indonesia

Untuk mendukung operasi moneter, BI juga mengembangkan instrumen keuangan syariah seperti Sukuk Bank Indonesia (SukBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

Per Maret 2025, nilai outstanding SukBI tercatat mencapai Rp 64,5 triliun, melonjak signifikan dari Rp 1,8 triliun saat pertama kali diterbitkan pada Desember 2018.

Adapun nilai outstanding SUVBI per Maret 2025 tercatat sebesar 315 juta dolar AS, naik dari 129 juta dolar AS pada November 2023.

Bank sentral optimistis bahwa penguatan ekosistem keuangan syariah akan terus berlanjut, seiring upaya mendorong literasi dan inklusi ekonomi syariah secara nasional.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Purbaya Tawarkan Pemda hingga BUMD Ajukan Pinjaman ke Pusat dengan Bunga Rendah 0,5 Persen
Keuangan
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?
Ekbis
Benarkah Hino Milik Toyota?
Benarkah Hino Milik Toyota?
Ekbis
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Purbaya Soroti Lambatnya Penyerapan Dana oleh BTN, Sektor Perumahan Dinilai Masih Lesu
Ekbis
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Tak Mau Anak Magang Dieksploitasi, Ini Arahan Menaker
Ekbis
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Purbaya: Saya Undang Investor Asing, tapi Tidak Akan Memohon-Mohon
Ekbis
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
Ekbis
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Neraca Dagang Indonesia Surplus 4,34 Miliar Dollar AS pada September 2025
Ekbis
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Perkuat Peran di IKN, PT PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Kawasan Yudikatif Senilai Rp 1,97 Triliun
Industri
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
OJK Ungkap Tantangan Pengembangan Industri Keuangan Syariah, Mulai Permodalan hingga Diversifikasi Produk
Ekbis
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa
Ekbis
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Purbaya dan DPD Bahas Arah Kebijakan Fiskal dan Penguatan Daerah
Ekbis
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Ekbis
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Harga Referensi Biji Kakao Turun 14,5 Persen, Imbas Suplai Melimpah
Ekbis
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Harga Emas Antam Melorot di Perdagangan Hari Ini, Turun Jadi Rp 2,27 Juta Per Gram
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau