Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Demam Matcha" Bikin Harganya Meroket, Teh Hijau Jepang Kini Jadi "Emas Hijau"

Kompas.com - 02/09/2025, 16:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sumber CNBC

TOKYO, KOMPAS.com – Popularitas matcha atau teh hijau bubuk terus melambung, ditopang oleh tren TikTok dan meningkatnya angka pariwisata.

Permintaan matcha meroket dalam beberapa tahun terakhir seiring reputasi matcha sebagai makanan super kaya antioksidan yang menyebar di TikTok.

Ledakan pariwisata pascapandemi juga mendorong harga matcha terus naik.

Jepang telah mengonsumsi matcha sejak abad ke-12, sebagian besar dalam upacara minum teh yang sangat ritualistik dan hanya membutuhkan sedikit bubuk matcha.

Baca juga: Sederet Kerja Sama RI-Peru: Blueberry, Matcha, hingga Berantas Narkoba

Ekspor Matcha Naik Empat Kali Lipat dalam Sedekade

Menurut Kementerian Keuangan Jepang, Negeri Sakura mengekspor teh hijau senilai 36,4 miliar yen atau setara 247 juta dollar AS tahun lalu.

Jumlah itu empat kali lipat dibandingkan satu dekade lalu. Dari jumlah tersebut, sekitar 44 persen ditujukan ke AS, dengan sebagian besar dalam bentuk bubuk seperti matcha.

Dalam upaya mengatasi tekanan pada komunitas petani lanjut usia di Jepang, pemerintah mempertimbangkan untuk mensubsidi petani agar mereka mendedikasikan lebih banyak lahan untuk tencha, jenis teh yang digunakan untuk membuat matcha.

Hasil panen tencha lebih menguntungkan tetapi membutuhkan lebih banyak tenaga kerja, karena kuncupnya perlu dilindungi dari sinar matahari agar aroma khas rumputnya keluar.

Para produsen mengatakan tidak ada cukup tenaga kerja untuk memanen, mengukus, dan mengeringkan daun sebelum digiling menjadi bubuk.

Baca juga: Demam Matcha Dunia Bikin Harga Naik, Pasokan Seret, dan Tarif AS Jadi Ancaman

Penjual Mulai Menjatah Pasokan

Sebagai gambaran, Asosiasi Teh Jepang Global melaporkan harga tencha pada lelang musim semi di Kyoto melonjak 170 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 8.235 yen per kilogram. Harga ini memecahkan rekor sebelumnya, yaitu 4.862 yen per kilogram pada 2016.

Banyak pengecer juga melaporkan harga matcha naik dua kali lipat dalam setahun terakhir. Beberapa orang bahkan mengatakan menemukan sekaleng kecil bubuk matcha semakin sulit, termasuk di Tokyo.

Untuk itu, toko-toko menerapkan pembatasan pembelian agar stok lebih tahan lama, mencegah penimbunan, dan menangkal penjual ilegal. Namun, matcha tetap menjadi suvenir populer bagi wisatawan yang berkunjung ke Jepang.

Banyak toko daring kehabisan stok berbulan-bulan lalu karena para pembeli AS bergegas membeli sebelum tarif yang diperkirakan berlaku.

Baca juga: Benarkah Indomie Keluarkan Varian Rasa Matcha dan Taro? Ini Kata Indofood

Produsen Matcha Bersiasat di Tengah Popularitas

Persaingan untuk mendapatkan dan memproduksi matcha yang cukup sangat ketat sehingga memaksa Ito En, penjual teh hijau botol terbesar di dunia, membentuk divisi khusus pada Mei.

Perusahaan memperkirakan penjualan grup luar negeri naik 11 persen tahun ini dan menaikkan harga 50 hingga 100 persen pada beberapa produk mulai September, menghadapi biaya bahan baku dan tenaga kerja yang lebih tinggi.

Ito En memiliki kontrak khusus dengan petani yang memasok 7.000 ton teh hijau biasa setiap tahun, tetapi hanya sekitar 600 ton tencha. Meyakinkan petani untuk menanam lebih banyak tencha menjadi tantangan karena banyak yang khawatir hasil panen saat ini akan menurun.

Baca juga: RNI Resmikan Pabrik pengolahan Teh Hijau Terbesar di Asia Tenggara

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen, Cek Syarat dan Posisinya
BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen, Cek Syarat dan Posisinya
Karier
Wujudkan Swasembada Pangan, Harfia Gelar Temu Tani dan Pelatihan Traktor HTR-855 di Palangkaraya
Wujudkan Swasembada Pangan, Harfia Gelar Temu Tani dan Pelatihan Traktor HTR-855 di Palangkaraya
Ekbis
Gandeng Naoyoshi, Lovina Beach Brewery (STRK) Bakal Masuk ke Pasar Jepang
Gandeng Naoyoshi, Lovina Beach Brewery (STRK) Bakal Masuk ke Pasar Jepang
Ekbis
70 Persen Alkes Masih Impor, Indonesia Genjot Produksi Dalam Negeri
70 Persen Alkes Masih Impor, Indonesia Genjot Produksi Dalam Negeri
Ekbis
Wamendag Sebut Implementasi Perjanjian IC-CEPA Bikin Nilai Perdagangan dengan Cille Naik
Wamendag Sebut Implementasi Perjanjian IC-CEPA Bikin Nilai Perdagangan dengan Cille Naik
Ekbis
Sarana Menara Nusantara (TOWR) Bongkar Strategi Genjot Pendapatan
Sarana Menara Nusantara (TOWR) Bongkar Strategi Genjot Pendapatan
Industri
RI Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi: Bisa Dipakai Bayi, Harga Mulai Rp 300 Juta
RI Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi: Bisa Dipakai Bayi, Harga Mulai Rp 300 Juta
Industri
Ekspor China ke AS Anjlok 33 Persen, Pertumbuhan Perdagangan Melambat
Ekspor China ke AS Anjlok 33 Persen, Pertumbuhan Perdagangan Melambat
Ekbis
Jangan Tertipu! OJK Tegaskan Pemutihan Pinjaman Online Hoaks
Jangan Tertipu! OJK Tegaskan Pemutihan Pinjaman Online Hoaks
Ekbis
Tekan Impor, RI Kini Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi Sendiri
Tekan Impor, RI Kini Produksi Ventilator dan Mesin Anestesi Sendiri
Industri
Ternyata Ini 6 Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Menabung Menurut Pakar
Ternyata Ini 6 Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Menabung Menurut Pakar
Keuangan
Kata KCI Soal KRL Sempat Tertahan di Stasiun Jatinegara dan Manggarai pada Minggu Malam
Kata KCI Soal KRL Sempat Tertahan di Stasiun Jatinegara dan Manggarai pada Minggu Malam
Ekbis
Prediksi Harga iPhone 17 Pro Max, Air, dan Seri Lainnya
Prediksi Harga iPhone 17 Pro Max, Air, dan Seri Lainnya
Belanja
Mengoreksi Budidaya, Menopang Ekstensifikasi, Mengejar Swasembada Gula
Mengoreksi Budidaya, Menopang Ekstensifikasi, Mengejar Swasembada Gula
Ekbis
Pertumbuhan Ekonomi Jepang 2,2 Persen, tapi Ekspor Turun
Pertumbuhan Ekonomi Jepang 2,2 Persen, tapi Ekspor Turun
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau